Sendiri

April 05, 2018



bismillaahirrahmaanirrahiim

Helaan napas terkadang memberi makna harap ada beban yang terangkat, sadar tidak sadar. Manusia memiliki tanggungannya masing-masing, pada kadarnya masing-masing, untuk diiringi dengan usaha masing-masing. Yang kutahu, dalam setiap satunya belum tentu tiada irisan dengan milik yang lainnya. Bisa saja ini adalah tanggungan bersama, atau bahkan tanggungan seluruhnya hanya saja merupakan pilihan apakah hendak terjun atau tidak.

Mendapati bahwa diri ini tidak sendiri memekarkan kebahagiaan tersendiri. Atau mungkin lebih tepatnya kebahagiaan bersama? Ya. Jika dalam urusan ini aku tidak justru memberatkan tanggunganmu hehehehehe.
Nyatanya, sendiri - bersama-nya kita dalam satu tanggungan yang sama terkadang bergantung pada asumsi saja. Terkadang fakta yang bertolak dengan asumsi pada akhirnya membuat seseorang merasa sendiri dalam keramaian. Ini bahaya. Namun terkadang pula dalam kesendirian yang dirasa hanya suasana hangat, "aku tak sendiri". Inilah semestinya yang dipunya. Nyatanya seorang hamba tak mungkin melangkah sendiri di dunia yang teramat fana ini.

Aku tau bahwa masing-masing kita mungkin belum seutuhnya satu kata. Setidaknya mengisi waktu dan diri bisa disambi selagi mencari arti. Namun perlu kita sadari, apapun makna dan arti yang dicari, muara hanya ada pada Ilahi.
Ini kerja peradaban, kerja jangka panjang walau tak kamu sadari. Bagimu yang belum terpikir untuk menjadi salah satu bagian kecil dari proyek ini, bersyukurlah ketika yang kau lakukan untuk diri sendiri setidaknya telah ditekuni. Sadar tak sadar, kau telah mengambil andil dalam mempersiapkan sebuah kemenangan. Bersyukurlah pula ketika kau belum lakukan apa-apa - walaupun tidak mungkin tiada sama sekali. Untaian yang amat indah adalah alhamdulillah 'alaa kulli haal, bukan?

Kamu tidak pernah sendiri dan dilarang keras untuk merasa sendiri. Sesungguhnya kita tengah menunaikan amal jama'i. Dengan relung hidup masing-masing, langkah kita mungkin tidak sama. Namun semua seirama. Warna mungkin tidak sama. Namun lukisan kaya makna terukir dari miliaran gurat warna yang membentuk gradasi, warna yang langsung timpang ataupun tidak, itu tetap sebuah kreasi. Kita sedang meniti hari. Dalam sebuah bingkai bernama pedoman syar'i, bersama dalam koridor yang diridhoi.

Kamu tidak pernah sendiri dan dilarang keras untuk merasa sendiri. Ketika fakta belum serima, ada sebuah keharusan untuk ingatkan lainnya, kamu dan aku bersama. Sembari berujar dengan sesama, rasa sendiri tetap dilarang ada. Allah ma'ana, ya 'kan?

Tumbuhnya rasa kebersamaan masihlah bergantung pada jenis bibitnya. Ada yang cepat memekarkan diri dan bertahan dengan migrasi serbuk sari, ada yang menunda kemunculan ke muka bumi sedemikian lamanya demi merangkai akar yang kokoh, ada yang berupa batang dilempar tumbuh, ada yang menunggu sapaan mentari lebih dahulu sebagai syarat untuk tumbuh. Ragam! Namun taman firdaus rasanya mustahil berisi satu jenis tumbuhan saja. Semakin berwarna semakin indah, 'kan?

Maka bersabarlah hingga ia tumbuh pada waktunya. Kebersamaan akan tumbuh dengan sendirinya, akan lebih terasa menyenangkan pada akhirnya jika dengan usaha dari setiap komponennya.

Kalian tau? Setiap orang sah untuk takut. Takut merasa sendiri menggerakkanmu untuk bersama. Takut kurang bekal menggerakkanmu untuk mengisi diri.
Setiap orang sah untuk trauma. Trauma membuatmu lebih antisipasi, menggerakkan untuk memasang diri sebagai pengondisi kebersamaan.
Dalam tenggelammu akan kebersamaan ini, akan tiba masanya kau mendengar kalimat "Aku sangat trauma kalau ada yg bilang sendirian-sendirian gitu" terasa amat mendalam.

Sehat-sehat ya semua!



You Might Also Like

0 komentar