Dari Kubus ke Sipil
Juni 09, 2018bismillaahirrahmaanirrahiim.
Curhatan lama. Ditemukan dalam file yang nyasar ke folder tugas. Saya mendapati curhatan tiap zaman fokusnya benar-benar beda. Waktu itu kenapa ga jadi dipost ya?
---
Sudah sangat lama entri baru tak kunjung diketik. Kebanyakan karena menunda dan akhirnya lupa. Ingat pun hilang feel-nya. Ya semoga bisa berkurang ke depannya.
Ini
adalah cerita di sebuah penghujung malam dalam April 2017. Saya sedang aneh
sekali hari ini. Dila mendapati jika ia bertanya tentang suatu hal yang sama.
"Abis
ini ngapain kemana, Shaf?"
Kemudian
saya tampak seperti orang yang sangat butuh pencerahan dukungan dan
liburan.
Jadi saya
menyadari saya lagi diterjunkan di beberapa tempat yang buat saya segini aja
udah saya kurang-kurangin tapi secara gasadar ya tetep aja nambah lagi banyak
setelah nolak banyak juga. Gatau sih tapi banyak yang mengiyakan fenomena
tersebut. Yang membedakan setiap pelaku adalah bagaimana pelaku memenej semua
dengan hati dan pikiran yang sinergis tanpa meninggalkan apa-apa yang jadi prioritas utama hidup.
Saya
masih harus banyak sekali belajar dan berbenah. Dan akan selalu begitu. Maka
janganlah lelah mendengar frasa "butuh diingatkan" selagi masih ada
Shaffa di sekitar kalian wkwk.
Semalem
niatnya saya pulang tuh. Kemarin sampe maghrib saya masih di lab ngerjain
tugas. Kemudian hujan. Atas pertimbangan satu dan lain hal dan saya memutuskan
pulang esok hari saja yang berarti hari ini, masih 23.59 kok wkwk. Terus
ternyata Dila pun butuh tempat mengungsi karena kosannya mati listrik dan
internetnya karena korslet. Malam itu saya lalui dengan biasa aja dengan niatan
pergi shubuh ke Salman sekalian Dila ke kampus, ba'da shubuh bisa denger Dr.
Adian Husaini di rangakain GSJN, terus ketemu Kak Hasna ngasih nota-nota.
Perlu
diingat gengs, masih niatan. Dan kita memang tukang bikin rencana yang ter-...
ter apa ya.
Dan fakta
akhirnya berkata, Dila ke kampus ama temen kelompoknya. Bukan saya. Saya shubuh
di kosan. Ga ke Salman karena Kak Hasna sudah kembali awal waktu. Agenda
selanjutnya adalah sampe kampus jam 8 terus ke Salman terus ke masjid BATAN
terus ke GKU timur kelas KKN yang masuk jam 9 sampe jam 4 setelah itu aku
sangat amat niat pulang. Ummi minta Shaffa pulang.
Hari berlalu rasanya amat panjang dan padat. Sore hari ketika to do listnya hanya tinggal pulang, penelitian kecil memanggil.
...
Ada yang namanya seni komunikasi dengan orang tua, setelah kamu mampu menyusun pemetaan urusan-urusanmu.
...
Kelompok
pencil kami hari ini sedang kritis. Emosi para rekan lagi ga stabil wkwk
habisnya topik fotoperiodisme itu sangatsangatsangat... hng.
Setelah
ashar di Salman, saya izin di grup bilang harus pulang. Saya jalan ke parkiran
kubus dan menyalakan motor antara ragu dan tidak.
Motor
berjalan, tapi entah kenapa saya melaju masuk ke parkiran sipil, dan bukan melanjutkan perjalanan ke rumah.
Heiya.
Ngapain motoran dari kubus ke sipil
coba wkwkwkwk.
Saya
berjalan hampa ke labtek biru. Menemukan temen-temen kelompok pencil di sana.
Mendapati kerusuhan menyiapkan alat penil. Mendapati seorang rekan
kelompok kami leftgrup karena gaada yang waro wkwk maap El :( kami semua padat
hari itu. Dan konflik ya luar biasa lah adanya.
“Shaff ko
ke sini? Kamu ga jadi pulang??”
“...”
“...”
Entahlah.
Saya merasa sangat ada keperluan dan tanggung jawab di pencil. Walau ada yang
aneh rasanya. Senyum saya menghilang hehe.
Kami
memasuki rumah kaca sambil menunggu rekan kami yang ngambek. Niatan merangkai
instalasi duluan.
Kemudian
ada kabar kawan kambuh sakitnya. Ia memang terbiada meminta tolong pada saya.
Tersulutlah.
Ada guncangan dan air mata hehe. Temen-temen paniklah kok
tiba-tiba begituu. Akhirnya saya bercerita sedikit. Sepertinya itu bukan hanya karena adanya kabar terakhir, tapi akumulasi setres -_-
Maapkan
geng bikin panik hehe. Ini sindrom saya, sekian lama sekali terjadi. Pertama kali ada waktu di MAN, kisahnya ada di postingan lain blog ini.
Di situlah saya malu sama temen-temen kelompok. Ini kedua kalinya saya nangis tiba-tiba depan temen-temen biologi.
Ini bukan
fenomena yang tidak biasa. Saya sering mengalami kebingungan jika diminta pulang ke rumah ketika (sok) banyak sekali kerjaan di luar rumah. Pun juga ketika ada tokoh lain yang membutuhkan keberadaan kita di sisinya.
Mana
prioritas utama hidupmu, kawan, setidaknya untuk saat ini. Sudah sejauh mana
kewajiban dan tanggungan yang kamu bawa sedari lahir hingga hinggap di usia
sekarang terpenuhi?
Khawatirlah ketika urusanmu tak kunjung usai dan berkurang, ada refleksi yang perlu dilakukan.
Ini adalah sebuah tugas bagi saya untuk mengulang kembali materi Fiqh Prioritas.
Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)
Ada yang namanya seni komunikasi dengan orang tua, setelah kamu mampu menyusun pemetaan urusan-urusanmu.
---
Curhatan lebih dari setahun lalu. Berhubung sedang memperbanyak nulis jadi saya edit sedikit dan masukin aja ke #30harikenaiqob hehe.
Semoga semua urusanmu dimudahkan.
Terus kenapa huruf di postingan ini warna-warni dan gabisa diubah yak.
Terus kenapa huruf di postingan ini warna-warni dan gabisa diubah yak.
#olimpiadetaqwa
#karenakitakeluarga
0 komentar