Batik Randa

Juni 09, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim.

percayalah foto ini ga nyambung sama isinya. inimah requester aja wkwk. 
taken di GCamp 2017 yang setelahnya saya tepar karena itu bener-bener baru balik kulap Bali.

dan seperti biasa, judulnya juga ga nyambung-nyambung amat


Tulisan ini memenuhi rikues A4 G18. Kenapa judulnya ini? Akhir-akhir ini doi dibuat sibuk dengan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Judulnya mah Batik Randa Tapak, tapi yang terpuyeng menurut saya mah dia sih wkwk. Dan saya (harus) (mau ngga mau) jadi pereda puyengnya, gaboleh ikutan puyeng karena nanti tidak memperbaiki keadaan.

Okei ini ceritanya bermula dari Kanjeng Dimas Ghiffari yang semangat sekali membuat batik Randa. Motivasi terdalamnya apa saya juga kurang tau sih. Tapi ya apresiasi deh perjuangannya wkwk kirain akan wacana seperti yang terjadi di G17. Ukuran batiknya sudah dilist, uang sedang berjuang dikumpulkan, model ada lah sketsanya, semua dilengkapi dengan kondisi respon dari orang-orang yaa gitu lah adanya. Rada hese tapi ya alhamdulillah bisa sejauh ini.

Ceritanya banyak sekali miskomunikasi dalam perampungan proyek ini. Sampai kini pun belum rampung namun ya harapannya lancar we ya ke depannya. Mulai dari 1.5 ternyata 1.15, eta uang yang dibutuhkan ternyata banyak, bahannya butuh perjuangan nyarinya jadi ada bagian yang maksain beli seadanya mumpung ada, Kanjeng pengen ganti model lah. Matak Fitri jadi lieur teh tah nu kieu sih wkw. Hikmahnya, Fitri jadi apal saya kalo nyetir serem, ada acara ban saya kempes dulu tuntun motor ke sana kemari, Kanjeng nyasar dulu, mendapati fenomena bahwa hanya ada satu toko murah dalam satu area di Cigondewah, juga memberi kesempatan bagi Fachri dan Syams untuk lebih total dalam ngisi materi dikpus wkwk.

Oiya, dari ngambil kain batiknya, saya dan Zhafirah mengalami muter-muter jalan, macet yang maasyaAllah padahal mah ituu motor dalam posisi membawa gulungan kain 92 m, tidak jadi nawar, tapi allahuakbar ya berkah Ramadhan memang nyata adanya. Semua terasa ringan dan menyenangkan walaupun cangkeul. Dan kami dapet dua bungkus cendol dari Pak Haji Bos Kain.

Kata beliau, "Neng ini cendol bikinnya pakai celana loh" "Gimana, Zhaf? Aku ngga ngerti :("

Maaf saudara-saudari pembaca jika narasi ini hese dimengerti. Saya sedang membiasakan untuk membuat prasasti hehe experience is best teacher 'kan, kata buku tulis. Menulis adalah salah satu cara menghargai sejarah, minimal ini sejarah diri hehe.


Tentang Melakukan Sesuatu untuk Ummat

Ada masanya, atau mungkin sebagian besar langkah kita dilakukan bukan untuk diri sendiri. Bisa saja untuk orang lain, atau untuk lebih banyak lagi orang. Ini menjadi motto sebagian besar aktivis: khairunnas anfa'uhum linnas. Jangan bosan mendengarnya, karena manusia sungguh banyak khilaf dan lupa. Ketika langkah yang dititi ternyata memang untuk kepentingan saudaramu, berbahagialah karena kau tengah menjalani tahap demi tahap untaian persaudaraan. Untaian tersebut akan semakin kuat, dan kuat, dan lebih kuat lagi dengan ragam tali temali ketika Allah ada dalam nafasmu. Hingga akhirnya ungkapan aku mencintaimu, kalian, karena Allah memang menjadi senandung dalam salam sapa sampai surga.

Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendatangkan lelah. Wajar, manusiawi. Yang membuat lelah itu istimewa adalah kebahagiaan yang mengiringi, atau didapatinya pembelajaran untuk menjadi manusia yang ikhlas. Tapi sungguh, melihat orang lain tersenyum ketika ada usaha kecil kita sedemikian berarti bagi mereka, mendatangkan rasa aku-ingin-melakukannya-lagii. Ketika mungkin hasil usaha kita tidak menghasilkan senyum selebar yang kita harapkan, mungkin yang dibutuhkan adalah spion; memandang sedikit ke belakang, karena siapa aku melakukan sesuatu untuknya, untuk mereka? Jika karena Allah tentu mestinya aku tak kecewakan responnya atas usahaku.

Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri memberikan rasa takut lebih besar untuk gagal. Khawatir orang lain kecewa akan kerja kita, khawatir orang lain tak lagi percaya kita. Jika rasa ini ada pada kadarnya, tentu menjadi motivasi untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Pada kadarnya. Jika berlebihan, kadang muncullah overthinking, "Aduh gimana ini Teeh kalau pada kecewaa? :(" "Teh aku cemaas" dan sejenisnya. Jika tidak ada sama sekali, bisa-bisa dilakukan seadanya. Sesuatu yang tidak pada kadarnya memang tidak menyenangkan ya. Maka dari itu, dalam melakukan sesuatu untuk orang lain, untuk ummat, menjadi sarana melatih diri untuk memposisikan sesuatu pada kadarnyaa. Kalau pas, melakukan yang terbaik akan terwujud dengan sendirinya. Iya 'kan?

Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri sejatinya tidak searti dengan frasa itu sendiri. Bagaimana? Sebenarnya dalam langkah tersebut diri sendiri ini pasti mendapatkan sesuatu, tidak mungkin tidak walaupun judulnya bukan untuk diri sendiri. Entah pembelajaran, entah hikmah, berkah, kebahagiaan. Lelah mah yak tidak sebanding lah wkwk yakin deh, hilang sendiri dimakan waktu, Sisa-sisanya ya insyaaAllah poin menyenangkan tadi, ada saat dikenang. Itulah mengapa volunteering memiliki tingkatan kebahagiaan yang lebih dibandingkan main game, shopping, dan lainnya.
Biidznillah. 

Melakukan sesuatu untuk ummat berarti kita termasuk di dalamnya. Melakukan sesuatu untuk diri sendiri juga orang-orang lainnya. Melakukan sesuatu itu tidak mesti besar untuk mendapatkan berkah kebahagiaannya. Sesederhana mendoakan saudara, keluarga semuslim sedunia pun terhitung amat berarti. Akhirnya tinggal menguatkan niat, bagaimana setiap langkah kita menjadi berarti untuk orang lain.

Maka lelahmu semoga membawa keberkahan lebih dalam dunia hingga akhirat nanti, karena aku tau lelahmu saat ini adalah untuk mereka, untuk dia, untuk kita, untukku juga.

---

tulisan di atas published. terus ada rikues tambahan dari requester.

"Harusnya ada foto itu wkwkw
Trus harusnya ada perjuangan G1 ngiket2 trus akhirnya ngangkut kain ke SR trus nyangkutin kain ke tasnya sampe rancaheranggg wkwkwk
Ksian pisan kalau diinget2 wkwkw"
- Devi Fitri Ferdania, 9:06 PM

Untuk kebahagiaanmu lah, Fit :")



#olimpiadetaqwa
#30harikenaiqob tapi #tulisansayabarusedikit
#karenakitakeluarga

You Might Also Like

0 komentar