Depok Punya Cerita

Januari 04, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim

Ceritanya, 3 Januari adalah tanggal Memoar Salam UI. Penasaran karena testimoni kakak-kakak yang bilang Memoar keren, rame, dst. Melempar isu ke teman-teman BPH, Uti bisa ikut. Jadilah sepertinya saya juga harus ikut. Setelah mengabari Kamilah Dwi padahal belum izin, saya jadi ada tanggungan untuk menidakwacanakan hal tersebut. Malam itu saya chat dengan seorang Syifa Fauziyah. Saya melempar isu "kayanya besok mau ke UI" tapi "aku belum izin masa padahal udah malem wkwk". "tapi sip kalo gajadi aku diketawain Kamilah nantinya gara-gara wacana :(". Berhubung abah ummi sudah tidur, jadi saya ikutan tidur dengan ketidakpastian agenda esok hari.

Alhamdulillah keesokannya saya berhasil berangkat walaupun telat hadirnya hehe. Syifa Fauziyah ngga ikut karena ada agenda. Setelah dimarahi bapak bikun, saya meraih Auditorium Gedung IX dan terkesan. Ramai, salut deh yang hadir benar-benar lebih dari 120 orang (karena kupon makan siang diberikan untuk 120 orang pertama) (saya ga dapet) (hiks) (wkwk gapapa). Perwakilan LDF, pihak dosen, dan tentunya personil Salam terlihat antusias. Pelantikan para ketua di hari ini dikemas sedemikian rupa, rapi, berjas jadi hawanya formal. Teringat waktu itu pelantikan kepala Gamais ITB yang ada malah pakenya ponco wkwk ga deng gapapa dramatis ujan-ujanan. Barakallah wa innalillah untuk semua pihak yang ditopangkan amanah baru-baru ini. Semoga dilapangkan hati, difasihkan lisan, dan diteguhkan pundakmu saudara-saudari.

Selama rangkaian acara, saya bertemu banyak rekan IAIC dan asipa heheh. Saya menjadi pengamat mereka yang masing-masing asik dengan urusannya (ga kok ga dikacang), mendapati bahwa adanya berbagai hal yang dapat kita urus merupakan sebuah kenikmatan; terhindar dari kesia-siaan waktu dan tenaga, dituntut untuk mampu memanajemen waktu sedemikian rupa, manajemen emosi karena berhadapan dengan banyak pihak, bagaimana memposisikan diri supaya hal-hal tersebut benar-benar terselesaikan dengan sebaik mungkin. Mau tak mau alokasi waktu akan berbau produktif. Alhamdulillah lagi ketika niat sedari awal memang untuk berjuang di jalan-Nya.

Seusai acara, saya lebih banyak duduk mengobrol dengan Uti, rekan. Setelah beberapa saat, terlihat Naufal Wirasyawal berjalan bersama kawan-kawannya, menyapa dan berkata-kata sedikit kemudian berlalu. Kamilah Dwi tampak telah usai bertugas, kemudian nyamperin,
"Lah Neto katanya mau foto gimana sih malah pergi" ahah kemudian kami memutuskan untuk pergi ke kosan Kamilah saja karena hape kami berdua sama-sama mati. Setelah melepas Uti, kami menyusuri jalan hingga satu saat terpaku melihat ada yang melambaikan tangan dari atas Go-Jek.
"Kam berhenti! Itu Firda ga sih?!" Kamilah mengerjap. Rabunnya nyengir.
"ASTAGHFIRULLAH! IYA YA KITA KAN SURUH DIA KE GEDUNG IX!"
Ini lucu. Allah Maha Besar mempertemukan kami di tengah jalan. Jika tidak, Firda Inten ini akan bengong bete di Auditorium FIB yang sudah bubaran wkwk. Kami sholat, melanjutkan berjalan, dan bertemu dengan mas-mas tukang foto, Giffari Arsyad.


Yeey hehehe.
Perjalanan kami berhenti di Nasgor Pocin. Beberapa saat kemudian datang seorang Hafiz Rizaldi.

Seiring waktu entah siapa yang memulai, bahasan kami terkerucutkan ke dalam bahasan mengenai LDK, mentoring, karakter massa kampus masing-masing, bagaimana kulturnya, dan banyak lagi. Agak takjub, alhamdulillah sekali sekali perjalanan saya bisa bertemu dengan kader JS UGM, Salam UI beserta LDF-LDFnya, dan JMMI ITS. Tidak perlu menunggu ada studi banding, Safari LDK, dan kegiatan sejenis untuk mendapatkan muatan materi serupa. Sebenarnya inilah, hal yang mestinya bisa kita lakukan untuk lebih produktif sebagai alumni IAIC yang katanya senang main. Ada banyak bahasan strategis yang bisa dibicarakan, bersama kawan-kawan yang diakui banyak pihak terbilang luar biasa. Ada banyak bahasan sederhana, yang ketika dibicarakan dengan mereka menjadi sedemikian berarti dan bermanfaat. Ada banyak ilmu, yang terlalu asik dibicarakan hanya dengan rekan kerja masing-masing di kampusnya padahal kawan lamamu ini sangat senang bisa mendengarmu berbagiii :))
Lama berselang Nahla Nurusshafa datang. Kata teman-teman lainnya "ganti lah topiknya wkwk" dan bahasan kami lebih beralur ke corak ekonomi rabbani (?). Ga sih sebetulnya banyak sekali suara ilmu sosial yang saya kurang bisa ngikutin wkwk yagimana ya :( Terlepas dari semua itu saya senang menyimak, menimpali sebisanya, dan yang saya tau ini merupakan sesi sharing yang luar biasa.

"Kalian ga pada inget apa? Pak Oji kan bilang, semakin tinggi ilmunya, yang tumbuh adalah kebijaksanaan. Kenapa S1 itu disebut Sarjana ini itu, S2 ini itu, sedangkan gelar untuk S3 semua rata PhD.? Ya itu karena semakin tingginya ilmu filosofis yang didapat." ujar Nahla semangat.
Banyak sekali bahasan sore itu, saking banyaknya jadi masing-masing topiknya belum tuntas.


Hanya berharap kebijaksanaan ini bisa terakselerasi dengan baik saat mendengar kalian berbicara. Hanya berharap ruh ini semakin semangat berjihad saat melihat kalian berjaya di atas kemalasan. Hanya berharap kalian mencariku di surga dengan hujjah pernah bercengkrama dalam hal kebaikan karena-Nya.

Maaf saya masih kebiasaan menclok-menclok kalo nulis. Jadi kadang butuh perjuangan lebih untuk dimengerti wkwk maaf ya masih belajaar.

Oiya, tunggu lemparan isu dari Hafist Mulya Ichsandaru sang bapak ketua LDF tentang MUNAS DA'WI ASTONICDR.

Hatur nuhun, Depok!
(saya berhasil pulang setelah perjalanan 7 hampir 8 jam)

You Might Also Like

0 komentar