Kemenangan: Perihal Kemenangan

Januari 05, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim


Akhir-akhir ini jika saya membaca buku, entah mengapa agak kurang enak jika tidak sembari ditulis. Kemudian, setelah saya beres menuliskannya dalam sebuah buku CHA entah mengapa saya ingin mengetikkannya hehe.
Ini proyek sih sebetulnya. Jadi semestinya setelah ini ada edisi selanjutnya. Untuk kali ini, saya review catatan saya yang merupakan review sedikit pembacaan saya dari Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Sayyid Quthb) bagian surah al-Fath *hore*. Kenapa al-Fath? Ini adalah ayat yang saya golongkan sebagai ayat favorit, dan juga ayat favoritnya Najmi Kertasafari~ Salah satu personil keluarga Tong Fang (?)

Ayat Favoritmuu Edisi #1

Surah ini diturunkan di Madinah pada tahun 6H, setelah Perjanjian Hudaibiyah. Bahasan utamanya adalah mengenai perdamaian dan aneka kekeliruannya.

Sepertinya cerita dimulai.
Suasana masa itu adalah dihalang-halanginya Kaum Muslimin untuk beribadah. Tiba suatu ketika Kaum Muslimin hendak umrah, sepasukan Kaum Muslimin berangkat membawa perangkat berumrah, hewan qurban, tanpa niat berperang sedikitpun. Akan tetapi, kaum kafir Quraisy menolak mentah-mentah. Namun Kaum Muslimin telah berangkat melalui jalur yang bebas hadangan kaum kafir Quraisy dan tiba di pertengahan perjalanan untuk beristirahat. Kabar penolakan kehadiran Kaum Muslimin ke Makkah memunculkan pro-kontra dari berbagai pihak, akhirnya terjadilah pergiliran pengiriman utusan. Kaum Muslimin tentu mempertahankan kemauan untuk berumrah, dan kaum kafir Quraisy berusaha menggagalkan rencana tersebut.

(ini kaum kafir Quraisy benar-benar merasa mereka akan "kalah" jika sampai Rasulullah dan Kaum Muslimin dapat beribadah dengan tenang di Makkah) (yeu)

Dari kaum kafir Quraisy ada Mikraz yang penuh tipu daya, al-Hulais yang luluh ketika melihat hewan qurban, Urwah bin Mas'ud yang lancang hendak meraih janggut Rasulullah namun akhirnya takjub karena melihat betapa para shahabat memperlakukan Rasul bak raja, bahkan lebih baik dari perlakuan terbaik yang dilakukan kepada raja-raja Arab selama ini ia lihat.
Dari pihak Kaum Muslimin, ada Khurasy bin Umayyah al-Khuza'i yang membawa unta Rasul kemudian unta tersebut malah dipotong sama Quraisy :( dan Utsman bin Affan. Kala itu, Utsman bin Affan dikabarkan wafat padahal nyatanya tidak. Menindaklanjuti isu tersebut, diadakan Baiatur Ridwan yang kita ketahui dilaksanakan di bawah sebuah pohon. Apakah isinya? Janji setia dan kesaksian bahwa Kaum Muslimin tidak akan melarikan diri.

Tiba suatu saat dimana Suhail bin Amr yang menjadi utusan. Dialog Rasulullah dengan Suhail membuahkan sebuah Perjanjian Hudaibiyah. Jika dibaca sekilas, isinya cenderung menguntungkan kaum kafir Quraisy. Agaknya Kaum Muslimin gereget, mana bisa ini?
"Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku takkan pernah menyalahi perintah-Nya, dan Dia takkan pernah menelantarkan aku".
Akhirnya kelapangan hati mengikhlaskan keberangkatan ke Baitullah yang tertunda hingga tahun depan. Kesedihan mendalam hinggap. Setelah bercukur-memotong rambut dan berqurban, mereka kembali ke Madinah.

Di perjalanan tepatnya di Kura' al-Ghamim, turun surah al-Fath.

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang"

"Apakah perdamaian yang tadi itu suatu kemenangan yaa Rasulullah?"
"Demi Dzat Yang menguasai diriku, itu adalah suatu kemenangan."
(demi Dzat Yang Jiwa Shaffa ada di tangan-Nya, ini indah 'kan :"))
Telah turun sebuah surah yang lebih Rasulullah sukai daripada dunia dan seisinya! (sabda Rasul)
Tentramlah hati seluruh Kaum Muslimin, menanti. Akidah para shahabat tidak perlu lagi dorongan yang keras untuk menerima panggilan jihad. Keimanan di sini memerlukan orang yang menurunkan tensinya, menjaga ketajamannya, dan memegang kendalinya agar tenang dan damai. Inilah sebuah keteladanan yang amat tinggi, dimana kita saat ini, masih amat mudah terusik ketenangannya dengan hal kecil yang tidak seberapa. Amat mudah terpancing emosinya dengan hal yang butuh sepercik saja kesabaran maka ia akan tuntas.

Keimanan akan naik-turun kiranya dirimu paham penting untuk mengasahnya.
Kisah keteladanan tersebar sedemikian banyaknya menunggu dirimu membaca dan menceritakannya kembali pada saudara-saudaramu.

Allah telah memberimu kemenangan yang nyata, memiliki kuasa atas ketentraman hatimu. Maka, masih pantaskan kita untuk bermalas?

#selfreminder :(

Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Surah ash-Shaffaat 102-al-Hujuraat) jilid 10. Gema Insani, Jakarta.

You Might Also Like

0 komentar