Bumi Pangalengan

Maret 19, 2019

bismillaahirrahmaanirrahiim.



Selamat datang!

Selamat datang di tempat dimana setiap pagi kalian akan melihat tiga orang anak perempuan yang mencari cahaya matahari untuk menghangatkan dirinya. Selamat datang di tempat dimana setiap pagi jemari ini rasanya amat kebas, bahkan untuk mengetik seperti ini. Selamat datang di tempat dimana setiap pagi, kalor yang dihasilkan dari gerakmu entah kemana larinya karena rasanya tidak menghangatkan sama sekali.

Selamat datang di tempat tumbuh cantiknya bunga carnation, anyelir yang melambangkan kemurnian cinta. Bunga yang membutuhkan suhu 8-11oC di malam hari dan 18-23oC di siang hari.
Jadi, kebayang dinginnya?

Kalian akan temukan berbagai syukur setiap pagi. Kenapa berbagai? Pemandangan yang didapat tiap paginya, dalam titian jalan menuju kantor kebun memang beragam. Hari pertama kami diliputi kabut, membuat pepohonan tampak berlapis ala ala foto instagram NatGeo. Hari kedua, matahari mengintip dari balik awan. Hari ketiga, ada gradasi di pangkal langit. Dan seterusnya.

Bumi Pangalengan adalah tempat kami berpijak selama 30 hari ke depan. Tulisan ini diketik hari pertama, beresnya gatau kapan, terbitnya apa lagi. Masih sering gitu, ngasih prolog kemudian berhenti.

Tuhkan berhenti.

Oke saya lanjutkan. Sebetulnya pentingnya tulisan ini adalaah sebentuk laporan buat Abah hehe. Abah rajin sekali nanya apdetan tapi keburu Fathya di kantor atau terbatas aja gitu jawabnya. Asa ngga seru kalo di wa aja. Terus kalo diceritain di rumah, hypenya berkurang. Dan laporan Kerja Praktik agaknya kelamaan perlu ditunggu beres.

Setiap harinya, kami harus melangkah selama minimal setengah jam dari kosan menuju kantor. Extended bisa sampe sejam kalau kami mampir-mampir buat beli sarapan atau jajan atau belanja. Kegiatan di kantor dimulai biasanya pukul 07.30 WIB. Dan sebelum itu, kadang kami menyempatkan diri berfotosintesis di tangga menuju kebun atas. Sejauh ini, hanya itu satu-satunya cara instan menghangatkan diri, melancarkan gerak tangan yang agak kaku-kaku.

Hari-hari awal, kami habiskan dengan mendengar banyak penjelasan (sampai sekarang juga banyak sih). Memulai skill baru, merekam omongan Bapak-Ibu di sini, dan memikirkan penelitian yang akan kami garap. Baru mikirin kerangka? Iya euy. Kami sejujurnya agak malu, hadir-hadir masih ‘kosong’. Tapi gapapa, setelah agak diomeli dan dicerahkan Ibu Bosnya, kami berhasil mendapat sesuatu yang lumayan produktif untuk diteliti. Semoga. Dan semoga juga bisa jadi data TA hehehe.

Kata Ibu Bos, jadi pionir memang sulit. Jadi, gapapa.
Kami adalah orang pertama yang kerja praktik di sini. Sering kami ditanya oleh orang sini, “Kok kepikiran sih KP di kampung? Orang-orang mah bukannya cari perusahaan yang keren gitu ya?”
Hmm. Bahkan kami tidak terpikirkan untuk membandingkan KP di kampung atau kota.  
Kata Ibunya, perusahaan besar punya kepentingan untuk menjaga citra, kerahasiaan dapurnya. Kemudian akhirnya di periode KP ini, kami benar-benar dijejali banyak hal mulai dari konspirasi dunia sampai ke resep ikan asin peda istimewa.

Kami banyak berjalan di sini (juga banyak jajan karena di sini dingin) (semoga bukan sekedar pembenaran) (kalorinya digunakan untuk penyetaraan suhu) (aaamiin insyaaAllah). Kemudian apa lagi? Baca literatur, kerangka penelitian, ikut packaging, panen, ngobrol panjang, disbudding, bantu proses pascapanen, panen hortensia, seleksi bibit untuk rooting, survei tanaman muda untuk penelitian, memilih polybag, rooting, memindahkan tanah ke dalam polybag, menanam bibit ambrose, memberi B1, aklimatisasi tanaman penelitian, belajar bussiness plan, pengukuran parameter-parameter penelitian, aplikasi T:G, dan baanyak lagi and we’re enough with menyiangi gulma atau sama dengan nyabutan jukut yaaRabb :(


Apa yang terasa di sini adalah banyak PR take home nanti. Tentang TA, tentang kerjasama kampus-instansi masyarakat yang belum terasa, enterpreneurship yang minim dimiliki anak ITB, bagaimana caranya menaikkan ‘derajat’ pegawai, seni membaca global issue dan konstelasi perdagangan, peka budaya dan tren dunia, integritas dan loyalitas tim kerja, memahami apa yang kita baca (ini kasus sholat, hafalan Qur’an, dan seterusnya), coocopeat, guano, senyawa anti-rust, senyawa metabolisme Trichoderma sp., dst.

Inti tulisan ini sebetulnya supaya saya ingat bahwa ada banyak bahasan dan masalah yang siapa tau nanti bisa saya carikan jalan keluarnya.

Senang! Bisa sekape sama Feni dan Dila yang rajin ngaji dan rawatib. Semoga kita bisa jadi penggiat qiyamullail ya!




You Might Also Like

0 komentar