Pulang

Juni 06, 2018


bismillaahirrahmaanirrahiim.

"Shaf, pulang mulu." - Yaiya saya gaada naungan lain wkwk
"Shaf, ga cape pulang-pergi?" - Eum, capek
"Hah, Shaf ga ngekos lagi? Jauh banget loh" - Hehehe

Dimulai dengan alhamdulillah 'alaa kulli haal. Sembilan belas koma lima kilometer dikali dua itu sebenarnya hanyalah aspek spasial. Nyatanya ada aspek temporalnya dan itulah yang menguras tenaga hati mental fisik wkwk. Tapi ya alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Sejak semester lima dimulai ini saya menjalani hidup sebagai riil anak rumah.
Semester satu, saya ngekos dekat kampus dan pulang di weekend (rencananya). Nyatanya agenda weekend ya gitu terus lelah juga ngangkot kadang bawa baju ke rumah teh hehe.
Semester dua tidak terlalu berbeda.
Semester tiga saya pindah ke agak jauh dari kampus dan di liburan pergantian tahun saya baru diizinkan dan direlakan belajar motor dan bisa yey hasil nego setaun lebih. Pertama kali mau pulang ke rumah naik motor, saya ingat saya kesenggol mobil di Cisitu, kebanting ke mobil satunya lagi wkwk akhirnya gajadi pulang :( terus setelah itu lebih mudah pulang pake motor.
Semester empat tidak terlalu berbeda. Memilih ngelaprak di rumah karena entah mengapa lebih lancar hehe.
Semester lima, titah Ummi menyatakan bahwa saya mending tidak ngekos lagi dan pulanglah ke rumah. Jadilah saya anak dugdag atau pulang-pergi.

Dengan fakta bahwa semester lima adalah semester terberat untuk fisik dan mental mahasiswa biologi, ya saya akui ini ++ pisan. Saya menyadari satu kali saja saya tidak hadir, entah sebanyak apa materi yang saya skip. Saya menyadari sehat ini yang utama. Saya menyadari saat dimana saya memiliki ambang batas yang jika saja saya lewati itu, saya drop. Entah perasaan ataukah apa tapi ya begitu adanya.

Di balik seluruh lelahnya perjalanan dugdag, saya mendapati bahwa saya senang bisa mewujudkan apa yang Ummi mau. Setidaknya, dengan saya ada di rumah, ada peran kehadiran yang saya bawa.
Peran (setidaknya) 'hadir'. Untuk enam tahun dalam sekolah berasrama, sepertinya terlalu lama jika ++ kuliah. Padahal awalnya saya ingin kuliah di Bogor wkwk tapi ya udah gapapa bismillah nurut. Biidznillah saya di sinilah. Bandung, dengan segala hiruk pikuknya. Kalau dipikir, apa bedanya dengan asrama jika saya ngekos untuk saat ini? Oleh sebab itulah saya bertahan dugdag semester ini. Berusaha 'ada' di rumah. Entah ngapain.

Sering sekali terpikir dan tersampaikan pada kawan-kawan, betapa tidak mengenakkan hati ketika sampai ke rumah tapi tidak menyempatkan belum ada kesempatan untuk melakukan pekerjaan rumah yang cukup meringankan Ummi. Sedih.

---

Saya tengah membuka-buka draf blog. Banyak juga, dan ini salah satunya. Kebiasaan saya yang kurang baik adalah kalau nulis gini suka ngga beres. Bahkan kalo saya baca sekarang-sekarang, saya penasaran dengan apa yang saya-masa-lalu coba sampaikan pada publik. 

Tulisan tadi adalah tulisan saya semester lima, ada dalam kehektikan akademik yang nyata tapi allahuakbar berkesannyaa luar biasa. Saya sedikit banyak ingat, betapa saya di rumah sulit memposisikan diri sebagai anak perempuan dan kakak yang baik dengan tuntutan perhatian tercurah pada laprak, laprak, laprak, dan laprak. Melihat saat ini saya sudah melalui semester lima dan enam, alhamdulillah ya ternyata periodisasi ujian itu nyata adanya.
Yang jelas, usaha untuk 'hadir' sebagai anak perempuan dan kakak perempuan di keluarga akan selalu menjadi kewajiban sampai akhir nanti. 
Saya bersyukur menjadi seorang anak Bandung. 
Saya bersyukur masih punya kesempatan untuk bisa hadir secara kasat mata di tengah keluarga. 
Saya bersyukur masih diingatkan Ummi untuk mengerjakan ini itu. 
Saya bersyukur dalam Ramadhan ini ada hal baru yang saya pelajari, dan tidak hanya saat ini sih namun setiap detiknya.
Saya bersyukur bisa merasakan bahwa hal yang paling datang dan pergi di dunia ini salah satunya adalah cucian ahaha.


Namun perlu diingat:
Jarak bukan alasan untuk meniadakan 'keberadaan'mu di tengah keluarga. Jarak bukan alasan untuk
meniadakan peranmu sebagai anak. adik, kakak. Jarak bukan alasan untuk mengelak dari permintaan orang rumah. Selagi masih ada umur maka penuhilah. Ini bahasan umur bukan hanya umurmu, umur kita, namun juga umur beliau-beliau sang ayah sang ibu sang kakak sang adik dan sang lainnya.
Barakallahulakum. Peran mengalami sebuah perputaran. Ada saatnya kita akan berganti bertambah peran tanpa melepas peran sebelumnya.
Berat? Ya da hidup mah peurih.

Ingat pulang.
Pulang ke rumah.
Lebih lanjut lagi pulang ke rahmatullah.



Ini surely ga nyambung sama yang saya-masa-lalu coba sampaikan. Tapi ya ingin aja tulisan ini dibereskan. Saya ngga ganti judul lamanya. Sekalian nambah tabungan tulisan #olimpiadetaqwa dan #30harikenaiqo hehe.
#karenakitakeluarga, jadi saya senang berbagi.
Ambil manfaatnya saja hehe percayalah ada hikmah dari segala sesuatuu.
(alibi) (semoga manfaat)



#olimpiadetaqwa
#30harikenaiqob
#karenakitakeluarga 




You Might Also Like

0 komentar