Surat Cinta (Pertama) Untukmu

Mei 21, 2018



bismillaahirrahmaanirrahiim

Entah mengapa hari ini aku berulang kali mengatakan kalimat yang serupa: “Kamu strong!” “Kamu terstrong...” “Beliau strong pisan” “Kamu strong, jadi kamu kuat (?)”.
Yang terakhir agak diabaikan gapapa banget karena itu tipikal receh masa kini. Tapi nyata saya ucapkan pada seseorang.

Kamu tau, aku senang dipertemukan denganmu sedemikian rupa. Allah memang Mahabaik telah menyusunkan skenario sehingga bisa dipertemukan denganmu di jalan juang ini. Mungkin tidak semua dari kita menganggap ini adalah jalan juang, bisa saja sambilan, beban (huhu), pelepas penat (aaamiin), numpang lewat saja, atau mungkin tempat pulang (sungguh ini tentu jadi harapan besar berhubung judulnya saja Keluarga). Namun keragaman sudut pandang ini kemudian menjadi warna-warni kita.

Namun siapapun pemilik sudut pandang itu, harapanku tentu akhirnya kita memang menuju satu tujuan. Hidup ini adalah untuk ridho-Nya ‘kan?
Jika belum iya, tak apa.

Mari kita kembali berkenalan. Namaku Shaffa, atau kalau mau panggil Fathya juga boleh. Dua nama itu dimiliki satu orang yang sama. Kenapanya mungkin dijelaskan di sini. Perkenalan pertama kita mungkin di al-Imtiyaaz, lebih dalam lagi dalam sebuah forum Deep Introduction selepas isya’. Selengkapnya ada di dalam slide walaupun isinya memang tidak lengkap. Yang kuingat, ada satu hal yang lupa kucantumkan dalam tabel SWOT: Aku tidak bisa sendiri.

Maksudnya? Jika dihubungkan unsur ‘pekerjaan’, maka bunyinya adalah “Kalau ngga ada kalian, aku ngga bisa. Kalau kalian pergi, aku ngga bisa ngapa-ngapain”. Padahal terkadang dari frasa ‘belajar bareng temen’ pun yang terjadi adalah aku belajar DAN dia belajar, bukan aku DAN dia belajar. Tapi somehow ini memberi kekuatan lebih. Mengetahui bahwa aku tidak sendiri melakukannya dapat menggerakkanku sedemikian rupa.

Teruntuk dirimu, yang sedang bersusah keluar dari zona kritisnya. Teruntuk dirimu, yang berlibur jauh di sana. Teruntuk dirimu, yang hari ini ngumpulin tugas. Teruntuk dirimu, yang selalu ada buat Srikandi huhuhu.

Ada masa dimana kamu hampir saja kehilangan kepentingan untuk menuliskan kata ‘semangat’ dalam kamus hidup. Ada masa dimana kamu bersusah payah mengejar ketertinggalan. Ada masa dimana kamu mengaku mengalami demotivasi dan butuh kumpul. Ada masa dimana kamu sedang riweuh dan aku tetap mengusik.
Hehe.

Terimakasih untuk semangatnya satu semester kemarin. Terimakasih untuk respon dari chatkuu yang bertubi-tubi. Terimakasih telah berusaha menjaga keutuhan harapan untuk ummat, setidaknya dalam lingkup kampus. Walaupun mungkin yang dirasa tidak sesuara dengan apa yang aku suarakan, tapi sungguh sebesar itu yang kulihat, bahkan lebih. Karena setiap langkahmu sejatinya adalah sebuah pembentukan diri. Mulai dari untuk anak-anakmu kelak, sampai untuk Islam sebagai rahmat seluruh alam.
Aku izin mengganti kalimat permohonan maaf dengan kalimat terimakasih. Di balik sedemikian banyak rasa terimakasih yang hendak diuntai,
terimakasih telah menerima kurangku ini :)

Bersemangatlah, karena Allah telah menjanjikan kemenangan bagi hamba-Nya yang bertaqwa (48:1).
Bertahanlah sedikit lagi, satu semester amat singkat.
Bertahanlah lebih lama, langkahmu akan terasa lebih berarti. Mungkin bukan oleh dirimu, tapi ya oleh sekitarmu.

Lama tidaknya kamu bertahan tentunya akan tercatat sebagai sebuah perjalanan baik yang pernah dititi. Niat yang terngiang akan menjadi penentu poin tersebut akan sempurna atau tidak. Kondisi yang mengiringi kala itu pun akan menjadi nilai tambah ketika kamu semakin susah payah mempertahankan dinding pertahanan. Hm. Apa ini. Sungguh nyatanya timbangan Allah tak bisa dinalar namun Mahaadil.

Semoga dimudahkan segala urusanmu, semoga dikuatkan selalu pundakmu, semoga Allah selalu melindungi kita semua dalam warna-warni dinamika hidup ini.

---

Berdirimu di waktu malam,sujudmu yang dalam
Mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru
Lalu kau terima beban untuk mencintai semesta:
Membagi senyum ketika kau terluka,
Memberi minum ketika kau dahaga.
Menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka

Malam berlalu, tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka,
yang wajahnya mengingatkanku akan syurga.
Wahai fajar terbitlah segera, agar sempat kukatakan pada mereka
“aku mencintai kalian karena Allah” (Umar ra.)

-    Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A. Fillah







#olimpiadetaqwa
#30harikenaiqob
#karenakitakeluarga

You Might Also Like

0 komentar