Hidup
Mei 24, 2018
Review kisah kala itu, Juni 2017. Kuliah bersama Abah di gelincir malam.
Cerita di ba’da sholat isya kami. Dua bungsu dibiarkan
keluar setelah Abah berujar, “Teteh sama Aa di sini dulu. Abah mau bercerita.”
---
bismillaahirrahmaanirrahiim
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿٣٤﴾
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok dan di bumi mana ia akan mati.
Bahwa hidup adalah misteri. Bahwa detik setelah ini adalah
masa depan. Dan tidak ada yang tau bagaimana detik-detik selanjutnya akan
berjalan seperti apa. Dan kemungkinannya bercabang dua: hidup atau kematian.
Perbandingan keduanya 50:50 dan tidak mungkin meleset jika
memang Allah sudah menetapkannya. Ketentuan inilah hasil singkapan misteri yang
menyelimuti detik yang akan datang. Dengan segala ketidaktauan kita sebagai
manusia mestilah tergerak untuk mempersiapkan yang-pasti-datang.
Ketika berbicara mengenai ‘jika kita masih hidup’ maka
percabangan: terus hidup atau
kematian tersebut kembali muncul. Dan “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
membuat kita memiliki tanggungan untuk memenuhi sesuatu di balik dua
kemungkinan yang hinggap.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun,”
Ahsanu 'amala. Sungguh
siapapun yang semakin sadar, akan merasa beban ini kian berat, kawan.
Amal berkualitas merupakan hal
yang mesti mengiringi hingga nafas terakhir terhembus kemudian maupun detak
jantung yang masih terus berlanjut. Bekal pulang, bekal hidup.
Bicara pulang berarti bicara
kembali, bicara alam selanjutnya yang akan dilalui, bicara hisab, bicara
ketidakmampuan jasad untuk bergerak lagi di bumi Allah bersama ruh untuk
menabung menyelamatkan diri. Namun jikalau seseorang telah memiliki bekal
selama hidupnya, mungkin sang ruh hanya tinggal menanti sembari tersenyum.
Menyaksikan amal yang terus mengalir. Inilah barakah. Yang tumbuh, berkembang,
dan berkembang terus hingga buahnya akan tampak pada langkah selanjutnya yaitu
akhirat, atau jika hendak diperjelas: jannah-Nya ataukah api neraka.
Mari menelusuri asal mula buah
manis yang semoga kita akan memetiknya kelak.
Bicara hidup. Bicara masa depan. Bicara
peran Teteh sebagai anak perempuan, kakak perempuan, calon istri, calon ibu
katanya. Bicara peran Aa sebagai anak laki-laki, kakak laki-laki, adik
laki-laki, calon suami, calon ayah katanya.
Kelanjutannya.. akan panjang. Maka,
kepadamu, mari menelusuri asal mula buah manis yang semoga kita akan memetiknya
kelak dengan cara masing-masing.
---
http://id.noblequran.org/quran/surah-luqman/ayat-34/
http://id.noblequran.org/quran/surah-al-mulk/ayat-2/
http://id.noblequran.org/quran/surah-al-mulk/ayat-2/
#olimpiadetaqwa
#karenakitakeluarga
#30harikenaiqob
0 komentar