Tahfidzul Qur’an
November 11, 2014
Tunggu dulu. Sebetulnya, tahfidzul
Qur’an itu apa??
Berasal dari kata hafadza-yahfadzu
yang berarti menghafal atau menjaga, tahfidz
saya pahami sebagai sebuah proses menghafal dan menjaga. Berarti tahfidzul
Qur’an adalah sebuah proses menghafal al-Qur’an (menambah hafalan: ziyadah) dan menjaga hafalan yang telah
didapat dengan memuroja’ahnya/mengulangnya.
Sungguh ini istilah sepele. Hanya ingin mengetikkannya
kembali dan siapa tahu memang ada yang belum mengenal istilah-istilah ini.
Hehe.
Bukan. Sebetulnya saya sedang rindu ._. masa-masa di mana
saya diberi jalan sangat mudah untuk tahfidzul Qur’an. Yang lebih tepatnya
mungkin sekitar kurang lebih 3 tahun lalu ya. Ketika saya masih duduk di bangku
SMP, tepatnya SMPIT As-Syifa Boarding School Subang yang dikenal masih muda udah keren abis (itu istilah
yang terbersit barusan sih ._.).
Kali ini saya sedang entah-mau-menulis-apa kalau memang ini
saya tujukan sebagai tugas blog sejarah. Utang postingan blog sejarah saya
sudah menumpuk huwee tapi untuk kali ini saya hanya sedang ingin berbagi.
Khairukum man
ta’allama’ qur’aan wa ‘allamahu..
Hadits di atas begitu dalam maknanya bagi saya-kami para
pemilik ambisi cita menjadi hafidz-hafidzah.
Dari sepenggal kalimat tersebut, semestinya setiap muslim memiliki motivasi
lebih untuk menghafal dan menjaga al-Qur’an dalam dirinya.
Banyak yang bilang, “Aku ga berani ngapal Qur’an, nanti lupa
malah dosa lagi.”
“Makin banyak ngapal sesuatu, makin banyak lupa.”
Mungkin ungkapan-ungkapan serupa di atas sekilas memang ada
benarnya. Namun jika tanpa dipikir seksama, akan muncul persepsi baru yang
justru akan mematikan otak jika persepsi tersebut sudah menjadi panutan dan
keyakinan masing-masing individu.
Untuk ungkapan pertama, rasanya kata-kata tersebut hanya
akan diucapkan oleh seseorang yang tidak sadar- atau memang belum ada keyakinan
dan keinginan untuk menghafal al-Qur’an di dalam hatinya. Ya memang benar jika
kita telah hafal surat-surat dalam al-Qur’an dan kemudian melupakannya (na’udzubillah), makan kita akan termasuk orang yang
dzalim dan berdosa.
Namuun, yang mana yang lebih salah jika sengaja tidak ingin
menghafal?
Seseorang, jika memang sudah berazzam untuk menghafal al-Qur’an
tanpa niat melupakannya tentulah akan lebih mulia sekalipun dalam perjalanannya
terdapat beberapa bagian yang terlupa.
Dengan niat yang kuat, bagian yang terlupa itu tentulah akan
dengan cepat kembali ke ingatan dengan mengulangnya kembali.
Tahukah saudara-saudaraku, sesungguhnya saya sedang
berbicara pada diri saya sendiri yang tengah bersedih.
Yaa Allaaaaah-------
Kuatkanlah niat kami, para generasi muda yang hendak menjaga
kalam-Mu di hati ini.
Agar kami dapat mempersembahkan mahkota dan jubah kebesaran
pada kedua orangtua kami di akhirat kelak..
-aamiin-
SEMANGAT PARA CALON
HAFIDZ/AH!!
Yaa Allah pengen banget
lulus IC 11 juz aja yaa Allaaah..
temen-temen udah pada jauh hafalannyaaa. bismillaah.
0 komentar