Bandung Berkobar

November 10, 2014


bismillaahirrahmaanirrahiim

Sebagaimana seluruh siswa Insan Cendekia ketahui,tahun ini divisi PPBN OSIS kali ini mengadakan program ‘nyanyi bareng’ setiap pagi. Entah itu efek dari K13 atau bagaimana, menurut saya program ini unik. Saat apel, salah satu anggota divisi PPBN akan memberi komando kepada seluruh siswa untuk bernyanyi. Dalam seminggu terdapat satu lagu untuk dinyanyikan setiap hari. Bosan memang, bagi yang telah hafal sejak awal dan tidak suka bernyanyi. Namun program ini bagus untuk mengenalkan lagu-lagu wajib nasional kepada warga Insan Cendekia. Dan minggu ini, lagu yang kami nyanyikan adalah Halo-Halo Bandung.
Mendengar lagu Halo-Halo Bandung mengingatkan saya pada kampung halaman saya. Tentu saja Kota Bandung. Sejak kurang lebih 5 tahun lalu merantau, mendengar ‘Bandung’ memunculkan kebanggan tersendiri (hehehe. Berlebihan. Biar asik aja. Tapi serius lho sejak merantau saya lebih bangga  ketika mendengar kata ‘Bandung’). Kenapa?
Menurut orang-orang yang lebih tepatnyaa adalah teman-teman saya, Bandung merupakan kota yang luar biasa. Lingkungannya kondusif dan sangat pas untuk menjadi kota ideal tempat tinggal. Tidak ketinggalan zaman, mengikuti arus modernisasi namun tidak berlebihan. Tetap asri dan tidak gersang. Ya yang disayangkan adalah tahun-tahun terakhir ini kemacetan mulai marak. Semoga ke depannya Bandung bisa lebih tertata lagi ya (?) (aamiin..).
Eh, sebetulnya saya bukan mau membahas Bandung yang ini. Tapi takapalah. Jarang-jarang. Saya di sini ingin membahas tragedi peristiwa BANDUNG LAUTAN API.
Peristiwa Bandung Lautan Api, yang menjadi inspirasi lagu Halo-Halo Bandung, terjadi pada tahun 1946 bulan Maret.
Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun apalah arti proklamasi bagi para tentara penjajah. Mereka tentunya tidak rela negara jajahannya lepas begitu saja. Walaupun Indonesia telah merdeka dalam proklamasinya, nyatanya perjuangan akan terus berlanjut sampai kapanpun. Dan pada bulan Oktober 1945, Indonesia harus kembali menggempur para penjajah. Tentara sekutu menyerang di kala Indonesia sedang mati-matian merebut senjata dari para penjajah. Cobaan berat bagi Indonesia, namun semangat tetap berkobar. Ultimatum sekutu pada tanggal 21 November 1945 untuk menyerahkan seluruh senjata yang Indonesia miliki tak digubris. Tentulah tentara Indonesia tidak akan rela menyerahkan hasil ikhtiar mereka begitu saja. Justru semangat juanglah yang terbit menggebu-gebu.
Cobaan berat kembali menerjang ketika banjir besar melanda Bandung pada 25 November 1945. Harta benda hanyut terbawa arus dan banjir ini memakan ratusan korban.
Di saat-saat seperti ini, sekutu justru memanfaatkan kelemahan dan musibah yang melanda Indonesia. Mereka mengebom berbagai tempat di daerah Bandung. Dan akhirnya, mereka mengeluarkan ultimatum kembali pada tanggal 23 Maret 1946 yang berisi perintah mengosongkan Bandung.
Suatu hal yang berat bagi para warga Bandung untuk meninggalkan kota tempat tinggal sendiri. Namun ternyata Tentara Republik Indonesia memerintahkan seluruhnya untuk pergi dan mengosongkan Bandung. Dengan terpaksa, mereka beranjak. Tetapi dirasa ada hal yang perlu dilakukan sebelum mereka semua pergi. Keputusan dirumuskan, dan semua sepakat untuk membumihanguskan seluruh kota Bandung. Listrik dimatikan, kota berubah menjadi lautan api dengan asap hitam yang membumbung tinggi ke langit.

“Biarlah para tentara sekutu itu memasuki daerah kami, namun tiada apapun yang dapat mereka renggut dari sana selain abu dan puing-puing kehitaman. “
-orang Bandung, 2014

You Might Also Like

0 komentar