Mempersiapkan Kehilangan

November 03, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim

Menyaksikan bunga-bunga bermekaran adalah sungguh amat menentramkan hati, mampu mempertahankan lengkungan di tepian senyum. Kalau kata Mpit, saya aneh soalnya hafal peta bunga Bandung, padahal saya anaknya suka disorientasi (re: tukang nyasar).

Adalah Lagerstoemia speciosa di dekat lapangan sipil pada masa TPB, dan depan Labtek Biru belakang Labtek VI, dan di Supratman sebelum pertigaan, dan di jalan Badaksinga deket perempatan Pasopati.
Satu lagi, Tabebuia rosea kuning. Di dekat perpus merekah paripurna di Oktober masa TPB, terutama di hari UTS kalkulus. Juga ada di perempatan Cicaheum, tepat di pinggir lampu lalu lintas, Oktober juga dan rekahannya menawan sekali 2018 ini.
(Hitung berapa jumlah kata tunjuk pada paragraf di atas!) (Bukan kuis berhadiah sih)

Ketika telah menemukan periode dimana masing-masing mereka bermekaran, entah mengapa sadar tidak sadar, saya menantikan hal tersebut.
Menunggu dan menanti adalah hal yang menyebalkan menurut ungkapan beberapa -atau mungkin banyak orang. Hanya saja untuk hal ini, rasanya menyenangkan.

Di balik seluruh harapan dan penantian, ada satu hal yang tak boleh luput dari diri ini. Kemungkinan dimana yang dinanti tidak akan datang, atau fase setelah yang dinanti datang; ia pergi.

Siap bertemu maka harus siap berpisah. Siap memiliki maka harus siap kehilangan. Siap berbahagia maka harus siap bersedih.
Ada kata "harus" setelah kata "maka", karena memang sulit butuh perjuangan. Seperti pada kasus dimana seorang anak kecil yang ingin memiliki hewan piaraan, ingin rasanya melarang karena terkadang sulit untuk membayangkan bagaimana jika suatu ketika piaraan itu mati padahal usaha merawatnya sudah dirasa maksimal, dan kasih sayang antara sang anak dan piaraannya telah berusaha dibangun sedemikian rupa.
Ini kisah adek saya sih huhu saya liat kelincinya mati ga tega adek saya nangis kehilangannya luar biasa. 

Siap melihatnya mekar maka harus siap melihatnya gugur. Siap melihat cerahnya maka harus siap melihat keringnya.
Namun untuk beberapa kasus, gugurnya helaian ini tidak menerbitkan kepedihan. Gugurnya bisa jadi merupakan puncak keindahan. Lagerstoemia speciosa ini kalau gugur kayak sakura wkwk padahal belum pernah liat aslinya jadi ya doakan ya pembaca, indah dan amat mendamaikan hati.

pict by Fahrur Reza temen SMA* saya skillfull memang

Gugurnya bisa jadi merupakan puncak keindahan. Gugurnya para syuhada di medan perang merupakan perwujudan kasih sayang tiada tara dari Sang Pemilik Tempat Kembali Paling Indah. Gugurnya para syuhada di medan perang merupakan pemenuhan atas janji perjuangan paling mulia.
Siap melihatnya mekar maka harus siap melihatnya gugur. Namun di sini, gugurnya adalah mekar yang lebih paripurna dari apapun.

Di setiap langkah, perlu disadari bahwa ada persiapan atas kehilangan yang perlu dilakukan. Bisa kehilangan apapun atau bahkan siapapun.
Apapun ini tentu mencakup keluarga, kawan terdekat, harta, lainnya. Apakah kita siap kehilangan?
Apapun ini tentu mencakup waktu dan kesempatan yang Allah Subhanahuwata'ala karuniakan bagi kita untuk menebar manfaat di muka bumi. Bagaimana jika kita kehilangan diri kita dalam semenit setelah ini?



Sebetulnya,
mau dibilang kehilangan itu gimana ya. Padahal kepemilikan ini sedari awal tidak ada, hanya dipinjamkan.




*SMA = Sebuah Madrasah Aliyah

You Might Also Like

1 komentar

  1. iya ya, kepemilikan itu gak pernah ada. hanya dipinjamkan, hanya diberi kesempatan melihat dan ditemani sebentar. :"
    btw, ini kalo eja baca bisa protes, namanya Fahrur Reza kwkw

    BalasHapus