Tokoh: (masih) Rahmah el-Yunusiyah
Oktober 08, 2014
bismillaahirrahmaanirrahiim
Setelah postingan kemarin yang belum
selesai karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk melanjutkan postingan
kemarin.
Jadi, saya masih seorang pemula, jauh dari
kata ‘bisa’ menulis. Tapi saya akan berusaha terus, juga ‘didukung’ tugas
sejarah yang ‘menuntut’ untuk rutin menulis, saya akan menulis. Entah itu
hasilnya akan dimengerti orang atau kurang berisi atau bagaimana, tapi saya
akan tetap menulis. Ya setidaknya dulu (dan sekarang) saya masih berkeinginan
menerbitkan buku suatu saat. Ini langkah kecil yang bisa saya ambil.
Sebelum menulis sesuatu yang serius, saya
terbiasa bercerita dahulu seperti ini dan kemarin (?). Entah itu akan
mengurangi ‘keformalan’ atau tidak, tapi saya menikmatinya. Jadi bagi semua
yang membaca, maklum ya, tapi inilah yang bisa saya nikmati hehe.
Ohiya, saya curhat dulu. Laptop saya ini,
eh bukan, netbook saya ini entah mengapa, karena flashplayernya atau apanya,
tidak mendukung saya untuk mengepost sesuatu terutama di tumblr ini. Setiap
kali saya mengklik ‘text’ untuk dipost, pagenya hanya akn berputar-putar dalam
waktu yang lama dan tidak berpindah ke page siap post. Jadilah saya hanya bisa
mengetik di netbook saya ini dan baru bisa mengepost di labkom saat tik. Dan
sayang sekali pelajaran tik saya di jawal pelajaran baru jatuh pada hari Rabu.
Dan itu masih 3 hari lagi. Jadi sekarang saya baru bisa menulis dan berharap
semoga manfaat ke depannya, entah bagi saya maupun siapapun *amiiin*.
Selanjutnya saya harus mencari alternatif untuk mengepost tulisan saya ini
secepatnya. Saya berharap keterbatasan ini bisa saya atasi selanjutnya supaya tidak menghambat. Yah,
semoga.
---------------------------------------------------------------------------------
Pendidikan. Agama. Perempuan.
Selama ini, banyak anggapan (yang
didasarkan pada kenyataan) yang menyatakan bahwa hak perempuan selama ini tidak
setara dengan kaum adam. Perempuan tidak diberi keleluasaan melakukan apapun
(pada masa itu). Perempuan hanya diizinkan memasak, memasak, dan memasak.
Menetap di rumah, bersih-bersih, sama sekali tidak berkesempatan mengeksplor
hal lain dengan tujuan apapun. Seakan-akan memang perempuan memang bukan
diciptakan untuk melakukan hal lebih. Hal ini mengusik beberapa tokoh
perjuangan kita pada masanya. Siapa dari kita yang tidak tahu R.A. Kartini, Christina
Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, dan lainnya? Tokoh-tokoh barusan sudah dikenal
sepak terjangnya oleh khalayak umum. Baik sebagai tokoh pergerakan perempuan
maupun peran lain. Namun, mengapa sosok berarti seperti Rahmah el-Yunusiyah
rasanya jarang sekali dibahas?
Ini bisa jadi
disebabkan oleh ‘ketidakdianggapan’ oleh masyarakat di Indonesia. Pahlawan
wanita yang telah saya sebutkan di atas memang memiliki peran yang sangat besar
sehingga beliau-beliau lebih dikenal. Namun sudah tentu kita tidak dapat
melewatkan gerakan-gerakan yang dikesankan ‘kecil’. Sema peranan, baik besar
maupun kecil pastinya berarti bagi perjuangan kemajuan Indonesia. Inilah yang
disayangkan. Masyarakat belum tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai
tokoh-tokoh pergerakan tersebut. Belum lagi peranan perempuan masa itu sama
sekali direndahkan. Laki-lakilah yang berkuasa. Semua gerakan hanya bisa
dilakukan oleh kaum lelaki.
Tiga aspek yang
menonjol dari kehidupan Rahmah
el-Yunusiyah inilah yang menginspirasi. Tidak hanya di zaman pra-kemerdekaan, namun
sangatlah berarti dan dibutuhkan pula untuk saat ini. Pendidikan. Agama.
Perempuan.
Perpaduan ketiga
aspek tersebut menurut saya dapat memunculkan figur luar biasa di masa kini.
Kaum perempuan harusnya benar-benar tergerak untuk menggerakkan pendidikan
tanpa bergantung pada kaum laki-laki. Ya sepenglihatan saya sih, untuk masa
kini memang tidak tampak kesenjangan antara kedudukan laki-laki dan perempuan.
Alhamdulillah.
Belum lagi jika dapat
diciptakan figur perempuan penggerak pendidikan yang berlandaskan agama.
Terutama Islam, nilai-nilai yang ditanamkan dalam keseluruhan aspeknya luar
biasa demi kemajuan umat bahkan seluruh dunia, tidak hanya umat Islam saja.
Dibarengi kerjasama dengan kaum laki-laki tentunya, dengan niat memajukan
bangsa, saya yakin akan tercipta segala hal yang diyakini dapat memenuhi
kemaslahatan umat.
---------------------------------------------------------------------------------
Oiya, pesan untuk
Bapak Guru Besar saya, Pak Erwin, saya mohon maaf sedalam-dalamnya dan
sebesar-besarnya karena ketidaksempurnaan postingan saya sebelumnya. Dan
pertemuan lalu Bapak sudah sempat membahas hal ini.
Namun saya masih
berharap posting saya ini bisa manfaat bagi yang lain, setidaknya menambah
motivasi orang-orang untuk menggali
lebih dalam tentang tokoh-tokoh ‘tersembunyi’ dalam perkembangan Indonesia.
Alhamdulillahirabbil’alamiin..
0 komentar