Girls Talk

Januari 09, 2019


Adalah sebuah kebutuhan. Ya?

bismillaahirrahmaanirrahiim

Adalah sebuah kebutuhan khusus bagi ciptaan Allah yang istimewa, pendekatan emosional dan dari hati ke hati. Tidak perlu mengelak, Sist. Sekaku-kakunya kita, se-ngga ciwi-nya kita, secara fitrahnya memang berbeda. Bagaimana mengelola diri antar sesama perempuan saja sudah beragam, apalagi dibandingkan dengan laki-laki.
Sebetulnya tidak terlalu perlu sih, membandingkan keduanya. Tergantung tema penelitian dan objek pekerjaan hehe.

2017, jaket FT UGM punya Ayu Rahmawati

Tapi, girls talk adalah perlu. Ya?
Katanya pendekatan ke perempuan akan lebih mengena kalau sudah saling atau bisa mengerti. Pokoknya kalau udah berhasil memahami doi, beuh kamu akan menjadi sosok yang dipercaya. Tidak bisa digeneralisasi sih, tapi kalau sekilas dipikir memang orang yang butuh perhatian kalau dapet apa yang dibutuhkan ya senang ya ‘kan. Kamunya siapa? Perempuan? Let’s talk more.

Perlu.
Sayangnya kadang terbenam dalam kesibukan nih, jadi suka ga(gal men-)sempat(-kan diri) say hi sama sesama girls. Kawan lama terutama, tau kabar pun tidak. Waktu ditanya sama kawan lama yang kuliah nun jauh di sana “Eh, gimana kabarnya ini? Kalian satu kota ‘kan?”, gelagapan. Malu. Terus nyengir hehe terus sudah topiknya sampai situ saja. Hem? Tidak ada rasa bersalah atau tidak tergerak mengontak saat itu juga karena khawatir sekian menit selanjutnya membuat lupa?

Kenapa harus merasa bersalah?
Kalau dia baik-baik saja, alhamdulillah. Kalau kurang baik? Kalau sebetulnya dia butuh tapi sungkan mengontak karena khawatir mengganggu? Alhamdulillah kalau masih ada di level bimbang. Kalau tidak baik-baik saja, gimana..
Tidak pakai tanda tanya di kalimat barusan, karena sudah terlewati jadi ya gimana ya. Begitu sih kesan yang hendak ditampakkan hehe.

Girls talk bisa jadi adalah penyelamat. Untuk kita-kita yang membutuhkan kawan bicara, didengar, diberi saran, disemangati, diingatkan. Bisa juga penyelamatmu jika ternyata aku sedang di ambang batas kebaikan, hendak jatuh, dan kamu sedang tak ada di sekitarku namun na’udzubillah ternyata ku terjatuh, kamu bisa jawab ketika ditanya oleh malaikat “Kenapa kawanmu jatuh?!”, “Wahai, aku sudah berusaha ingatkan dan tarik tangannya. Maafkan aku..” Allah lihat proses dan usaha. Eh tapi Allah juga lihat titik akhir. Semoga pada detik terakhir jatuhku, kamu masih berusaha raih tanganku. Dan semoga, kita tidak terjatuh ya. Tolong, genggamlah erat sedari sekarang,

Perlu Girls talk.
Kalau belum merasa begitu, hayu munculkan kebutuhan. Dengan siapa lagi harus berbicara? Kawan laki-laki? Aduh ada saatnya mencapai titik dimana interaksi yang terlalu intens teh kurang sehat euy. Tidak selalu kurang sehatnya dari dua sudut pandang dan tidak selalu terasa oleh keduanya, tapi setidaknya buat hati ini sih huhu rapuh. Atau mungkin yang sadar duluan malah orang lain, “Eh, kalian?” ‘kan tidak enak.

Aku hilang dan kabur dari talk kita, Girls? Maafkan aku :(
Sungguh kata-kata “aku” “kamu” maupun subjek tersembunyi dalam paragraf-paragraf atas adalah benar-benar ditujukan padaku. Ketika membaca ada tokoh yang disudutkan, percayalah itu adalah untukku. Tapi juga, yang membutuhkan kamu-kamu adalah aku juga. Jika aku terlalu larut dan hilang, tolong panggil saja (Yeu malah minta). Aku butuh dipanggil, ditanya. Aku butuh girls talk. Aku butuh diingatkan.

Semoga jarak yang sempat ada selama ini tidak merutuki kehangatan girls talk yang akan kita bangun kembali ya. Eh, pokonya jangan dingin dan sungkan kaku, ya!
Semangat kita, Girls. Ini adalah proyek dunia akhirat.


Januari 2017. gambar diattach karena lama tak jumpa. doa teruntai untuk astonah di seluruh penjuru.



#4. 
Sebetulnya boys talk itu perlu apa tidak? Saya tidak tahu hehe.


You Might Also Like

0 komentar