Guntur #2: Bencana?
Juni 30, 2018
bismillaahirrahmaanirrahiim.
Ada banyak hal unik, dan yang mampu dituliskan hanya sebagian kecil. Ada salah satu fenomena yang diambil dari keikutsertaan saya dalam agenda-agenda angkatan 2 dan 4. Tidak disengaja, tapi ya celetukan mah ada aja.
"Pang kenapa deh, kamu kena mulu. Padahal kamu teh ngga salah apa-apa,"
Kena apakah?
#1 Jadi ceritanya dua tahun lalu bulan Ramadhan, itu merupakan kali kedua kami melangsungkan agenda Metamorfosis, pesantren kilat untuk anak-anak yang membutuhkan. Waktu itu masih berlangsung forum evaluasi, saya dan Nida izin pulang duluan. Biasanya, kalau sudah di atas maghrib saya akan memilih menginap. Namun berhubung keesokan harinya ada diklat divisi mentor Integrasi ITB 2016, kami harus pulang dan menyiapkan spek dan melakukan hal lainnya.
Qadarullah, di perjalanan pulang kami mendapat hadiah; tertimpa patahan dahan pohon di area Soekarno Hatta.
Momen campuraduk kala itu, memberikan cerita tersendiri terkait Metamor. Kebetulan saya lupa ingatan sih apa yang terjadi setelah pertengahan forum evaluasi. Yang pasti, Ukhti Nida Salma Fauziyah saudariku satu TK, SD, SMP, dan kuliah ini adalah akhwat tangguh yang luar biasa.
#2 Jadi ceritanya dalam pendakian kemarin, fatalnya adalah beberapa saat sebelum keberangkatan, saya malah makan di warung sop iga. Kenyang pula. Padahal, kalau mau ujian olahraga aja saya harus shaum kalo mau kuat lari 6 keliling di Saraga tanpa hambatan. Yak terjadilah apa yang disebut dengan kalikiben di perut kanan, sepanjang awal-awal keberangkatan sampe pos 1. Kalau kata Uji calon Bu Dokter, asam laktat saya meningkat pesat terutama kalau capek. Makanya kena ke lambung juga. Sakit banget, iya. Itulah mengapa bahaya buatku kalau makan kenyang-tak tau apa yang akan saya jalani setelahnya. Hatur nuhun pada pihak berwajib yang membantu membawakan carrier. Alhamdulillahnya selebihnya saya bisa bawa carrier, sembari merasa-rasa perkembangan aktivitas lambung.
#3 Jadi ceritanya dalam pendakian kemarin juga, setelah merasakan zonasi cobaan perjalanan menuju puncak yang kentara, kami turun dari puncak. Ada banyak hal unik, ada banyak zona mengesankan di Guntur. Salah satunya ini, dari puncak 1 ke pos 3. MaasyaAllah karena treknya memang pasir kerikil batu-batuan dan cara turunnya tinggal duduk, beri sedikit dorongan, kemudian serodotan. Kalaupun berdiri, rasanya dibantu microbots kaya yang di film Big Hero 6 itu lho.
Kemudian di masa-masa asik serodotan, kami tiba di sebuah jalan yang bercabang dua. Kami ambil kanan, entah kenapa terbawanya ke sana. Serius ini ngalir aja gitu. Saat itu posisi saya, orang depan, dan belakang sedang serodotan duduk dan kami sedang tidak bawa carrier karena kami tinggalkan di pos 3. Kemudian tiba-tiba ada suara kencang sekali.
Duk gitu bunyinya.
Saya kira, itu orang belakang main tendang aja ini orang di depannya. Mungkin beliau susah berhenti akhirnya sepatunya nabrak saya. Ternyata, itu adalah hasil dari pembekuan lava atau sedimentasi sisa organisme atau ya sejenisnya. Ukurannya lebar 30cman lah, panjang ama lebarnya ga beraturan.
Batu, gelinding dari ketinggian, kena punggung bagian bawah saya wkwk.
Saya terpaku lama tuh. Semesta mengheningkan cipta. Kemudian tindakan medis berbicara hehe.
Walhasil, perjalanan dari pos 3 ke bawah yang tentunya defaultnya saya bawa carrier akhirnya terrekayasa. Saya cuma bawa tas kamera, nenteng matras Adit, ama botol berisi air sungai. Bawaan sesedikit itu, saya masih jadi orang terbelakang. Kesusul sana sini wkwk. Ya ada rasa sakit yang mesti mendapat bisikan terus menerus, "Semoga kamu jadi pelebur dosa ya!"
"Pang kenapa deh, kamu kena mulu?"
"Hah gimana?"
"Ya kamu teh istilahnya mah kena musibah muluu. Padahal kamu teh ngga salah apa-apa,"
"Allahuakbar wkwk,"
Dipikir-pikir, iya sih. Tenang, ini bukan mempertanyakan apa yang Allah kehendaki. Tapi ini bisa menjadi sebentuk sarana refleksi. Apakah kode yang Allah sisipkan di dalamnya?
"Mungkin Allah mau kamu jadi sumber pahala buat kita-kita, Sap"
"Nanti kalau di surga ga nemu aku, tolong cari aku ya. Bilang sama Allah 'yaaAllah mana teman Shaffa yang bantuin waktu Shaffa kena musibah?',"
"Pang, mungkin kita harus berkaca lagi. Memperbaiki amal yaumi, mungkin ini salah satu cara Allah negur kamu, negur kita.."
Kalian tau, nikmat Allah yang amat indah salah satunya adalah teman-teman yang shalih shalihah.
Barakallahulakum. Semoga semua prasangka baik tadi bisa kita tindaklanjuti dengan baik yaa geng.
---
"Maaf ya, beban perjalanan banget aku,"
"Lah gapapa kali, Pang. Inimah kita terlanjur satu rombongan aja jadi mau gamau harus bantu,"
"..." Makasi lho, Lik. Sangat menenangkan.
2 komentar
Artinya jodoh kamu bakal dari asipa shaf wkwk
BalasHapusSukaaa pangg hehehe..
BalasHapus