Antara Logika dan Perasaan

Januari 07, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim



trying to be productive seengganya di kata-kata. akhir-akhir ini semakin banyak pihak yang menekan eh mendorong saya untuk lebih mengeluarkan isi pikiran. atau mungkin, lebih berbagi?

saya ini senang menulis ya walaupun serandom itu. kurang percaya diri untuk ngeshare tapi senang kalau dibaca (?) nah terus maunya apa wkwk.

yasudahlah mangga ini sudah tersaji. aslinya ini #1 di 2018.

---

Dedicated to kawanku yang kita bahkan ketemu sekali doang satu semester kemarin dan itu agenda yang amat singkat di Villa Kayu Organik, mana ada ngobrol panjang. Padahal kita satu kota wk sedih. Penting kawan untuk selalu bertanya kabar, menyambungkan tali silaturrahmi ya setidaknya insyaaAllah umur dipanjangkan Rabb kita, walaupun belum tau apa yang akan jadi bahasan ketika bertemu.

---

Ada banyak sekali alasan untuk kita mengembangkan diri, sebagai pribadi, sebagai anak, sebagai teman, dan lainnya. Sebenarnya yang menjadi poin utama adalah sebagai seorang muslim. Yes or not?
"Allah memandang hamba dari tingkat ketaqwaan"

Untuk saat ini, sebagai seorang yang menginjak periode seperlima abad di bumi, fenomenanya adalah muncul banyak tuntutan terutama dari dalam diri, sudah melakukan apa? Sebagian orang mungkin sudah sedemikian mudahnya untuk menorehkan life map mereka, semua diatur sebagaimana ia kehendaki dan berdasarkan apa yang ia rasa merupakan kesempatan besar baginya (saya tidak mengatakan ini passion karena ya begitulah) (mungkin lain kali dibahas) (mungkin). Di sisi lain, tampak sebagiannya lagi merasa kebingungan, kesulitan menentukan sebetulnya apa yang saya kehendaki, atau mungkin belum terpikir untuk menentukan hal tersebut saat ini, "main dululah".

Saya mengerucutkan bahasan ini mengenai sebagian yang bingung. Bingung karena apa? Banyak! Banyak sekali alasan yang mendasari kebingungan ini; aku belum tau cita-citaku apa, aku dilaarang kalo ini, orangtuaku ngarahinnya ke sini tapi aku kurang suka, dan banyak lagi dan bisa jadi bahkan penyebabnya juga masih bingung kenapa wkwk.
"Kamu jangan suka kebanyakan bingung, Shaf". Ini adalah pesan yang sering sekali diutarakan kepada saya dan saat ini saya menggunakan banyak sekali kata 'bingung'. Maaf ya geng ngga kok aku ga bingung ._.
Kebingungan-kebingungan ini secara otomatis menghambatmu berkembang jika terlalu lama, kawan. Ada satu masa dimana seorang kawan bingung ketika mempertemukan antara hati dan logika.

Melogikakan perasaan.
Logikamu mengatakan kalau kau harus fokus, kau harus sibuk setidaknya untuk akademik dan organisasi saja.
Sangat mudah diucapkan. Realisasinya? Distracted. Perasaanmu mendorongmu untuk mengaitkannya dengan banyak hal dan beberapa di antaranya bersifat kontradiktif-antiproduktif-hayoloh yang mana yang mau kamu penuhi, begitulah kira-kira bunyinya. Agaknya perasaan dan logika akan harmonis ketika kadar pengaruh keduanya seimbang walaupun sesulit itu untuk mendapatkan rasio 50:50. Jadi baiknya kita tau dimana saat ketika salah satunya sedang dominan dan hei berhentilah mendominasiku.

Memaksa diri menjadi metode yang paling ampuh. Menyibukkan diri lumayan ampuh. Berdiam diri dan pasrah bukan pilihan.
Memaksa diri untuk meyakini aku harus fokus pada rencana dan tidak boleh terdistraksi. Perasaan ini harus dibawa, hanya saja konversi dulu sedikit. Ubah ini jadi sedikit kegelisahan, yaaAllah kesempatan ini tidak datang di lain waktu jadi fokuslah.
Ini mestinya sangat mudah ketika yang perasaanmu kaitkan merupakan hal yang memang belum seurgen itu untuk dibawa kemana-mana dalam saku bajumu. Hai perasaan, ada saat dimana kamu sebaiknya mendukungku untuk fokus pada kegiatanku saat ini. Bukankah lebih menyenangkan bagimu untuk mendapat porsi lebih besar di saat luangku nanti dalam suksesku? (Ya walaupun setelah dirimu lulus tahap ini akan muncul yang lainnya hehe) (tapi ya nurut dulu gitu lho).

"Perasaanku tidak enak ketika fokusku terpecah. Perasaanku tidak enak ketika ada yang terbawa ikut campur padahal dalam urusannya dia tidak membawaku."
Ini yang harus dilatih. Ada saat dimana pihak satunya benar-benar menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam setiap keputusan. Tapi ya ada saatnya, mungkin ngga sekarang. Saat itu dimana pihak satunya pun bisa melibatkan kita dalam setiap keputusannya. Saatnya kapan ya mangga sang pemilik urusan lebih tau.

Bagaimana melatihnya? Sederhana saya dimulai dari kalimat. Semesta mendukungmu ketika kamu mengulang suatu hal sesering mungkin hingga molekul sekitar dapat mendengarmu dan berkata ya. Inilah mengapa saya agak sensitif dengan kata bermuatan negatif heheh. Sengaruh itu.
Kurangi kugabisa-nya. Sekalipun dirimu merasakan hal yang berlawanan, ungkapkan sebagaimana kamu ingin semesta mengamininya.
Kemudian berdoalah sebanyak-banyaknya. Allah Maha Pemilik Hati. Ingat untuk melalui jalan tersingkat yang dapat dilalui untuk sampai ke Sang Pengabul Doa. Lewat mana? Katanya sepertiga malam.
Step selanjutnya? Kalem ya belum nemu euy.

Semangat buat dirimu yang sudah berkembang sejauh ini. Salut deh. Semoga selalu dimudahkan dan dilindungi Allah yaa aaamiin.

Wait.
Memangnya perasaan yang mana sih ini yang dimaksud? WKWK #antiklimaks

You Might Also Like

3 komentar