Penghargaan

Januari 22, 2018

bismillaahirrahmaanirrahiim



Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia membutuhkan sebuah penghargaan, dihargai. Kasarnya, sikap menghargai ini merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap keberadaannya di muka bumi, lebih khusus lagi sebagai orang yang ada di sekitarmu. Terlepas dari judgement "kok pengen banget sih diakuin, songong" ke siapapun, bukan ya geng. Ini perihal muamalah.

Etika dalam Keluarga
Dalam sebuah keluarga, kita ketahui ada kepala keluarga, ibu, kakak, adik, mungkin juga paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Setiap kedudukan memiliki peranan masing-masing dalam rangka menjaga keutuhan fungsi sebuah keluarga, sadar tidak sadar. Atmosfer yang dapat dijaga oleh setiap pemeran adalah lancarnya komunikasi. Ayah bicara, semua mendengar. Anak bicara, yang lain merespon, dan seterusnya. Terlepas dari hal-hal tidak menyenangkan dalam cara yang lain merespon, setidaknya respon ini merupakan sebuah bentuk 'pengakuan' bahwa sang pembicara ini ada dalam lingkaran kita. Betulkah?

Tidak semua orang senang bercerita, berbicara, namun ada satu dan lain hal yang harus dijaga setidaknya untuk menunjukkan sikap kita menghargai posisi orang di sekitar kita. Hmm bagaimana memperjelas ini ya.

Keluarga ini, hanya contoh kecil dan menggambarkan bahwa sikap menghargai se'seumur hidup' itu untuk dijaga. Bangun dan tidur kita tidak jauh dari peranan sebuah keluarga. Entah keluarga kandung maupun orang lainnya. Tidak salah 'kan, menganggap orang yang tidak sedarah itu keluarga?

Apalagi, setiap muslim adalah saudara bagi yang lainnnya.

Struktur
Sebagaimana halnya keluarga yang memiliki struktur masing-masing, ada bentuk-bentuk keluarga lain di luar sana; organisasi, kelas, kantor, lembaga, komunitas, dan lainnya. Sekonsep dengan keluarga? Ya, untuk beberapa hal. Perihal kepentingan untuk menghargai, ya tentu. Ada sebuah alur koordinasi dan pengawasan baik kasat mata maupun tidak, baik tertulis maupun tidak. Bagaimanapun, alur itu ada. Sebagai seorang manusia yang tergabung dalam sebuah 'organisasi' kehidupan, ada peran untuk mewujudkan sikap menghargai anggota lainnya.

Terlepas dari adanya struktur atau tidak, rasanya tidak salah jika seseorang bertanya padaku mengapa begini mengapa begitu bagaimana kabarmu apa yang terjadi akhir-akhir ini dan seterusnya. Mungkin untuk beberapa kasus aku terdistraksi, merasa diintervensi, namun rasanya tidak apa. Langkah selanjutnya yang bisa kuambil adalah memberi sebuah respon yang lugas, mana batasan jawaban yang bisa ia dengar dan mana yang tidak. Ketika jawaban yang bisa ia dengar tidak ada sama sekali, dan aku berhasil mengungkapkan ketidakmampuanku untuk mengatakannya, ada peran lawan bicara yang bisa diwujudkan; menghargai jawaban 'tidak' tadi.
Hehe komanya banyak banget ya.

Ungkapan jawaban "maaf saya tidak bisa menyampaikannya" bisa beragam, bergantung pada kemampuan lawan bicara untuk memahaminya. Hendaknya disesuaikan sih.
Perwujudan sikap 'menghargai' ini hendaknya tidak hanya searah. Pertanyaannya padaku merupakan bentuk penghargaan, pengakuan bahwa aku masih ada di lingkarannya. Jawaban sesederhana apapun merupakan bentuk penghargaan, pengakuan bahwa ada yang peduli dan bertanya padaku, terimakasih.
Jawaban yang menggantung sama sekali tidak menyenangkan wkwk. Maaf untuk semua anggota keluarga kehidupan yang merasa pernah 'tergantungkan'. Boleh kontak lagi kalau-kalau aku skip. Hampura inimah.

Semangat menghargai!
Semoga kita selalu bisa belajar menghargai dengan cara yang sebaik-baiknya :)

You Might Also Like

1 komentar