Kurang - Lebihnya Diri
Januari 12, 2018
bismillaahirrahmaanirrahim
Tiap-tiap dari diri kita pastilah ada keinginan untuk selalu bisa menjadi makin baik dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Tiap-tiap dari diri kita pun masing-masing memiliki cara untuk mengevaluasi diri. Salah satu yang bisa kulakukan adalah dengan bertanya, apakah kurangku, kawan?
Aku senang bertanya. Namun di kali lain ketika mendapati orang lain bertanya padaku, aku mendapati hal lain.
Shaffa kepada Gita, 13 Oktober 2017. Jatinangor, dalam deru hujan.
Aku ingin mengutarakan sesuatu. Tentangku, dan kamu mungkin?
Mengenai saat jika dirimu bertanya "Apa kekuranganku?". Aku mungkin akan sulit menjawabnya. Aku hanya akan menjawab dengan hal-hal yang secara logika dan syariat perlu diingatkan dan sebetulnya hal itu biasanya lebih bersifat naik turun. Iman kita memang naik turun, bukan? Ya biar aku ingatkan saat sedang turun juga jika aku memang sedang ingat pula.
Aku telah menerimamu apa adanya.
Aku telah menerimamu apa adanya hingga pertanyaan "Apa kekuranganku?" itu tidak bisa dan tidak perlu untuk dijawab.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan semacam itu namun tetap bertanya pula kepada orang-orang apa kurangku wkwk kontradiktif.
Ya tidak semua merasakan apa yang aku rasakan dan tidak semua bertindak sama dengan apa yang aku lakukan.
Jadi begitulah, Git. Ingatkan saja kawanmu ini hehee
-
Kemudian aku mendapati yang menarik hati di results > analyze bit.ly/shaffabutuhdiingatkan :")
Mengapa? Isinya sewujud serupa dengan isi obrolan Shaffa-Gita sore itu.
Bertanya apa lebihku apa kurangku?
Hal yang perlu diubah adalah hal yang pada dasarnya hatimu berkata 'tidak' untuk itu. Lagi-lagi, istafti qalbak.
Di sisi lainnya, sometimes, kebaikan not meant to be mentioned hwehe :)
-
Obrolan 20 Oktober 2017. Bandung, bukan di dunia nyata.
M: Bisakah kamu menentukan apakah seseorang taat beragama dilihat dari sifatnya?
S: Korelasi taat agama memang ada ke sikap. Tapi sikap yang sudah melekat akhirnya jadi pembawaan sifat.
M: Berarti taat agama bisa merubah sikap.
S: Bisa sikap bisa sifat malah. Sifat kan berkaitan erat dengan akhlak iya ngga?
Apakah relasi antara ketaatan seseorang dengan sifat?
Ada banyak cara untuk mengeksekusi diri, mengevaluasi diri, bergantung pada bagaimana pesan itu bisa sampai ke dalam diri dan hati yang paling dalam.
Ada banyak cara, jangan sampai tidak punya hehe. Bahkan menyendiri, merenung, menghakimi diri sama sekali tak ada salahnya. Asal pada akhirnya menemukan sesuatu yang bisa membaikkan diri, dan bukan berujung pada kekalutan. Allah Maha Pengampun dan Pemaaf.
Intinya, harus punya cara.
Semangat.
0 komentar