Hari Penuh Cinta [#1]

Agustus 09, 2017


bismillah.

Indonesia begitu indah°. Begitu pula yang kurasa ketika desir angin ini membawaku kepada sebuah memori yang baru saja kulalui sekian jam silam.

Bagaimanapun skenario yang tercipta untukku, aku mengingat untuk tak pernah menyesalinya. Karena setiap detik adalah bahagia. Karena bahagia adalah syukur yang terucap atas nikmat yang tidak akan cukup tertuliskan dengan tinta yang akan habis walaupun didatangkan sebanyak air laut yang dibuat berlipat ganda.*

"Apa definisi bahagia menurutmu?"
"Bahagia adalah ketika senyum² terukir di sekitar kita dalam indahnya kebersamaan"**

---

Ingin meralat paragraf pertama, sebetulnya desiran angin jauh sih sama angin ngagelebug teu eureun-eureun°. Tapi ya intinya memori di 800 mdpl ketika angin memang sungguh bisa berbicara akan selalu terputar ulang.
Namun hanya selama tulusnya cinta masih terasa olehmu.

Kapan angin berbicara? Di Pakulahan angin memang menggumam hampir setiap malam, kawan. Kau pasti bisa mendengarnya.

---

"Oi yang Pakulahan kumpul sini!"

Sore itu perdana kami berkumpul dengan jumlah 23. Yang kurasakan adalah penyesuaian diri dengan cuaca di sana. Anginnya aneh. Ditambah panas ngos-ngosan walau tas sudah diangkut kolbak, jalan rusak nanjak dan yang terinti, jalan kaki ini akan berlangsung hampir dua jam.

Tak masalah karena aku memang senang berjalan. Menyebalkan ketika hasil gambreng anak cewe yang sudah mengatakan Rizka Legita dan Zayinatun Bila sebagai penumpang kolbak bersama tas di tengah jalan, ternyata harus ditambah seorang lagi dan entah mengapa kok saya yang dipaksa naek -_-

"Ish ayo, Shaf. Naik. Nanti pulangnya aja kita jalan bareng-bareng." Yang kutau ucapan ini tidak ditepati sama sekali hingga akhir.

Kami bertiga duduk di depan sesedekan dengan logistik. Terkagum ngeri karena track yang harus dilalui sangat---- hm. Tiba di sana kami menurunkan semua tas dan perlengkapan lain. Sambutan dilangsungkan dengan pengangkutan tas beban perjalanan yang maasyaAllah itu punyanya Novika Chandra dan Zaky Indra adalah yang ternyusahin. Semua dikumpul dari lapangan voli di atas tebing menuju selasar rumah Pa Oleh.
Naunganku, bukan. Naungan kami dua puluh satu hari.


to be continued.

°Video sunrise di atas tebing dusun, khasnya Helmi dan Rasyid.
*"Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)" {al-Kahf: 109}. Ceramah Pa Ustadz Abdul Fattah, 21 Juli 2017, suatu sore di Nurul Iman.
**M. Helmi Sidik, pemilihan ketua tema air, 22 April 2017, CADL

You Might Also Like

0 komentar