Tentang Perubahan

Februari 19, 2017


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Ada banyak sekali hal di sekitar kita yang berubah sedikit demi sedikit, detik demi detik, hingga pada akhirnya keadaan kita sama sekali berbeda dengan sesaat yang lalu. Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Dari tiada menjadi ada, dari terbit menjadi terbenam, dari terang menjadi gelap, dari fajar menjadi senja, dari hitam menjadi putih, dari kata menjadi frasa, dari hidup menjadi mati. Semua nyata. Andil kita adalah mengarahkan perubahan tersebut ke sebagaimana seharusnya.

Bukan hal mudah. Itu pun nyata.

Aku mendapati beberapa waktu ini aku tanpa sengaja menilai salah satu arah pandang di kehidupanku. Dinamis. Bukan untuk menjudge kehidupan orang lain, namun mengambil pelajaran dari setiap inci pemandangan buatku adalah keharusan.

Ini tentang kawan-kawanku. Eng, lebih tepatnya keluargaku. Teman-teman kuliahku memberi statement tersebut di sela ceritaku.

Kami berada di sebuah lingkungan yang sangat terkondisi sebelumnya. Semua teratur, namun tidak stagnan. Kami dibebaskan untuk berkembang dan mewarnai hari dengan memperhatikan koridor yang ada. Tidak hanya karena peraturan sih sebenarnya, hidup ini memang ada koridornya bukan?

Kemudian kami dilepas ke alam yang lebih liar (?). Kami memasuki lingkungan dimana semua serba aturlah-dirimu-sendiri dan tolonglah-dirimu-sendiri. Aku yakin jika bukan karena lingkungan sebelumnya yang telah aku lalui sejak mulai lahir hingga jenjang-jenjang berikutnya, aku tidak akan bisa bertahan. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.

Bagaimana kabar kami setelah dilepas? Buatku jawabannya adalah “Sulit”. Kami ditempatkan di zona yang sedemikian berbeda dan kami harus bertahan (pada koridornya). Di sinilah tampak bahwa idealism yang masing-masing dari kami anut adalah berbeda, dan yang paling menyebalkan buatku adalah mengenai toleransi -_- ya tentang ini tidak akan kubahas di sini wkwk. 

Oiya. Kuingatkan, ini hanya yang kudapati lewat kacamataku.

Semua aspek kehidupan yang baru kami dapati di lingkungan baru ini mengubah kami. Atau mungkin lebih tepatnya mengubahku, dan setidaknya kalau memang ternyata kawan-kawan lain merasa tidak ada perubahan ya berarti sudut pandang kita berbeda yaa. 

Kami berubah.
Aku merasa ada hal baru yang kudapat. Menyenangkan dan belum pernah kami dapatkan sebelumnya. Tentang mempertahankan bagian dari kami, tentang arti peduli, tentang saling mengingatkan di tengah kondisi dunia yang sungguh bagiku hiruk pikuknya tak kunjung usai.

Namun ada hal lain yang buatku begitu memilukan. Apakah? Ketika kami tanpa sadar kehilangan arah dari koridor yang semestinya kami lalui, ketika kami terlambat mengetahui apa yang semestinya kami ketahui, ketika ada serpih yang hilang dari apa yang kami bawa dari lingkungan sebelumnya.

Ini tentangmu, kawan. Ini tentang kita semua.

Bukan masalah jika kamu, kamu, kamu, dan kamu yang lainnya tidak menyampaikan satu demi satu detik hidup yang kamu lalui. Toh akupun tidak melakukannya karena hei butuh berapa lama untuk menuturkan apa yang tengah kulalui dan mungkin saja itu memang tidak berpengaruh bagimu wkwk. Tidak tidak bukan aku sedang menyindir dengan kalimat “Yaa aku emang gapenting kok ngapain dipikirin” wkwk tapi masing-masing dari kita tau kita punya urusan yang lebih patut dijalani dan dipikirkan.

Namun janganlah ragu yakinlah untuk bertanya, berbicara, meminta jika memang kamu, kamu, dan kamu yang lainnya memang mau. Janganlah ragu Yakinlah untuk berkomentar dan bertindak ketika ada perubahan kecil yang tidak mengenakkan hati, di manapun dan sisi hidup siapapun. Jika hati kita memang benar-benar masih pantas untuk ditanya, perubahan kecil yang tidak beres akan tampak sangat janggal di mata maupun hati.

Ini salah satu poin penting. Istafti qalbak. Mintalah fatwa pada hatimu. Jagalah kesuciannya agar ia selalu bisa pantas untuk ditanya.


".. Mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa."
   - HR. Ahmad no.17545, Al Albani dalam Shahih At Targhib [1734]

-      
Ingatkan aku, kawan. Ingatkan aku, aku, dan aku yang lain.
Dan janganlah ragu yakinlah untuk menyampaikan jika dalam apa yang aku, aku, dan aku yang lain sampaikan terdapat kecacatan dan singgungan. Buka hati dan pikiranmu jika memang apa yang tersampaikan adalah benar. Bukan apa-apa yang diinginkan selain kita semua berada pada koridor yang benar. Koridor kehidupan. Koridor-Nya.

Perubahan adalah keniscayaan, tugas kita semua mengarahkannya pada alur yang benar dan tujuan yang tepat.

Kembalilah.


---
Bandung
Sebuah Ahad sore di Februari 2017


You Might Also Like

0 komentar