Pages

  • Home
  • About
tumblr linkedin

things.

    • Home
    • Gallery
    • About



    bismillahirrahmanirrahim

    Saya sepenuhnya menyadari jika saya berkata begini begitu kepada seseorang, maka suatu ketika omongan saya akan berbalik menjadi sebuah ujaran untuk saya sendiri.
    Saya sepenuhnya menyadari jika saya mengutarakan apa yang ada di kepala saya, maka ada kalanya akan tampak bahwa “ni anak ego amat dah”.
    Tapi untuk beberapa hal, saya akan lebih menyesal jika tidak mengucapkannya.
    Terutama dengan kondisi, setelah saya bicara saya tau ia akan berbicara balik.
    Barangkali kala itu memang saya berbicara supaya saya diingatkan juga?
    Saya selalu butuh diingatkan.

     ---
      
    Pernah becermin kemudian melihat bayangan diri seketika bergidik ngeri?
    Saya pernah, sering malah. Rasanya seperti melihat hantu walaupun saya belum pernah betulan melihat hantu yang itu (?), ya yang suka ada di film-film horor.  
    Rasanya aneh saja, bayangan itu bisa membaca, menerjemahkan, dan mengikuti apa yang berlalu di sinaps otak saya tanpa ada selisih waktu sedetikpun. Dengan kata lain, sebegitu bersamaannya dengan gerak saya.
    Yaiyalah, itukan bayangan saya -_-


     Cermin tidak harus selalu berbentuk benda yang dipoles dari pasir kuarsa. Namun ia ada, dekat sekali bahkan di tengah hutan sekalipun diri ini tidak membawa benda bernama cermin.


    Alam menjadi cermin diri ini. Bahkan ia bisa menjadi pengingat yang hebat, jika kita mampu membaca pesan tersembunyi dari riak air dan goyangan rumput. Tasbih tahmid dzikir alam tiada duanya. Diamnya adalah ibadah, amat tepat jika becermin padanya. 
    Kalau ada yang mengatakan jalan-jalan adalah sebuah bentuk refreshment, ya benar adanya. Terutama jika dari balik dedaunan tepian jalan itu kita temukan hikmah. Terutama jika dari balik bebatuan berpasir yang dijejak ada peringatan bahwa setiap langkah kita selalu ada pertanggungjawabannya.
    Namanya, tadabbur alam, ya?

      
    Keluarga menjadi cermin diri ini. Berhubung secara umum seorang anak dibesarkan di tengah keluarga (pasti ada kasus dimana ini tidak terjadi ‘kan ya), maka keluarga menjadi faktor besar pembentukan sebuah karakter diri sampai pola pikir. 
    Ohiya, yang namanya cermin berarti tidak selalu yang tampak akan hanya bayang yang becermin ya. Spion menampakkan apa yang sudah/akan kita lewati, cermin cembung menampakkan begini, cekung begitu, dan seterusnya.
    Kembali ke keluarga, akan ada poin yang menjadi bagian bagaimana kita memposisikan sudut pandang kita ke luar. Hm? Yagitu we pokonya.


    Kawan menjadi cermin diri ini. Jika ingin mengenal seseorang, maka tengoklah kawannya, katanya. Jika berteman dengan seorang penjual parfum, maka kita mendapatkan pula wanginya atau bisa membeli darinya. Entah nantinya turut baik, atau minimal mendapatkan kebaikan darinya. 
    Berlaku timbal balik, kita menjadi cermin mereka dan mereka menjadi cermin kita. Siapa penjual parfumnya? Hendaklah masing-masing memposisikan diri. Ya asal tidak menjadi seorang pandai besi ya. (selengkapnya di HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)


    Rekan menjadi cermin diri ini. Dalam menjalankan sebuah tugas, suatu kerja, ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan agar tujuan tercapai tepat pada waktunya dengan prosedur sebaik-baiknya. Bentuk cermin ini berlaku ketika melihat bagaimana rekan merespon atas apa yang kita lakukan. Itulah mengapa berhati-hati dalam mengomentari amat diperlukan adanya, karena bisa jadi hal tersebut merupakan penyesuaian yang dilakukan terhadap kita. Amat sangat bisa, bagaimana kita merespon rekan menjadi referensi rekan merespon kita.

    ---
      
    Mengapa bergidik ngeri ketika melihat bayang sendiri?

    Bayangan ini bisa bergerak. Si empunya sedang hidup di bumi, sudah mau mati, sudah melakukan apa?



    Berharap bisa menghasilkan bayangan yang baik.



    Sebetulnya cara saya nulis masih belibet ngga sih hehe bertanya-tanya  
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahim.



    Hari ini mengobrol cantik dengan Mpit. Entah kenapa ada ketegangan otot wajah yang kian rileks sedikit demi sedikit seiring dengan terbitnya senyum satu-satu. Cerita seorang Siti Dwi Fitriyanti selalu menarik untuk didengar.

    Ceritanya hari ini saya ada tanggungan draf sebuah tugas (akhir?) yang dikumpulkan pukul 11. Progress sedari kemarin sudah baik, hanya saja sepertinya memang butuh waktu lebih untuk mengerjakan ini.
    Walhasil, saya ga kelas dong jam 9 hehehe.

    Setiap hari Rabu saya dan Mpit memang memiliki jadwal bertemu walaupun jamnya random banget. Minggu lalu jam 8, minggu ini Mpit jam segitu ada kelas. Berhubung saya ga masuk kelas, jadilah Mpit nyamperin beres kelasnya dia, nonton detik-detik saya beresin itu draf.

    Selama saya ngetik, Mpit mengiringi dengan cerita. Tentang kisah sang keluarga yang maasyaAllah- skenario Allah untuk menyentuh hati hamba-Nya sedemikian indah walaupun kemasannya tampak sederhana.

    Seketika, seperti yang biasa terjadi akhir-akhir ini, ada reka ulang dari hal-hal yang terjadi hanya saja lebih dalam pada setiap detiknya.

    Apa pesan yang Allah berusaha sampaikan padaku? Pada kami? Ketika yang sudah terjadi adalah yang terjadi?

    Kalau di tahun 2016 Allah tidak masukkanku ke grup itu, aku belum tentu akan mendengar permintaan tolong dari sang adik, belum tentu akan tergerak ke Jatinangor, belum tentu akan bertemu dengan sang kawan, belum tentu akan diminta keluangan waktunya untuk membahas kehidupan yang lalu-kini-nanti. Bahasan yang penuh tanggungan tanggung jawab. Kenapa Allah menyusun skenario seperti itu?

    Mungkin memang Allah ingin aku memiliki andil di dalamnya.

    Sebagaimana cerita-cerita Mpit, dimana tapak demi tapak perjalanan-(baik)-nya merupakan sebuah proses dijebloskan oleh orang sekitar, oleh semesta. Padahal niatku gini aja lho, Shaf. Tapi Allah entah kenapa terasa memaksaku untuk mendalami lebih, mengetahui lebih, bertindak lebih.
    Sungguh, keterpaksaan semacam itu sedemikian indahnya.
    Ya, tata skenario Allah selalu terbaik.

    Mengulang dan mengingat kembali alur waktu, membaca kembali tulisan lama, membawa diri ke titik awal memulai sesuatu somehow sepenting itu bagi saya dan mungkin bagi sebagian orang lainnya. Memunculkan tanya, apa yang Allah inginkan dari alur ini? Apakah aku sudah menjadi aktris terbaik dalam naskah-Nya?

    Apakah kita sudah menjalankan peran dengan sebaik-baiknya?

    Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
    Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat:
    Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. 
    Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.

    Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.

    Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
    (HR. Tirmidzi no. 2516)

    Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.

    Apakah jika tadi aku masuk kelas, aku akan bertemu dengan Mpit, mendapatkan cerita berhikmah, dan tergerak untuk menulis kembali?
    Eh bukan pembenaran akan tidak masuk kelasnya ya ini kook hehe :(

    Trs teks ini awalnya pake saya lama-lama pake aku hm.
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    fathya
    << biology-art >>

    bit.ly/shaffabutuhdiingatkan

    Read More

    Follow

    • G+
    • tumblr
    • facebook
    • twitter
    • pinterest
    • instagram

    Labels

    #olimpiadetaqwa abiotik alampikir bandung biotik Indonesia kawan keluarga lingkaran masyarakat pakulahan serpong subang tugas tki

    recent posts

    Blog Archive

    • Mei 2020 (1)
    • Oktober 2019 (2)
    • September 2019 (1)
    • Mei 2019 (2)
    • Maret 2019 (3)
    • Februari 2019 (1)
    • Januari 2019 (5)
    • Desember 2018 (1)
    • November 2018 (1)
    • Oktober 2018 (1)
    • September 2018 (2)
    • Agustus 2018 (2)
    • Juni 2018 (8)
    • Mei 2018 (7)
    • April 2018 (3)
    • Januari 2018 (9)
    • September 2017 (3)
    • Agustus 2017 (2)
    • Juni 2017 (1)
    • Februari 2017 (1)
    • April 2016 (3)
    • Maret 2016 (1)
    • November 2014 (2)
    • Oktober 2014 (7)
    • Juli 2014 (2)
    • Juni 2014 (2)

    Cari Blog Ini

    facebook Twitter instagram google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top