Pages

  • Home
  • About
tumblr linkedin

things.

    • Home
    • Gallery
    • About

    bismillaahirrahmaanirrahiim

    Hari ini yaitu kemarinnya kemarin lusa, aku kembali meniti jalan Cibiru-Ganesha. Niat mula wawancara, dilanjut bercengkrama. Namun realisasi nyata hanya ada pada hal kedua wkwk. Ya, jadinya aku batal wawancara dan lanjut maiin ke kosan Dila. Sebetulnya aku memang bilangnya ke Ummi mau main ke Dila sih wkw ya mungkin itulah jadinya.

    Kemarin aku baru chat Firza, randomly. Bilang rasanya udah lama ga ketemu anakanak IC. Terus udah deh beres thread chatnya. Gajelas ‘kan? Biasa, namanya juga Shaffa. Yang jelas Firza bingung soalnya ya wajar lama ga ketemu orang-orang, semua juga libur. That’s true.
    Kemudian hari ini bertandang ke kosan Dila yang amat langganan aku repotiin.

    Untuk apa? Nggak tau. Tidak ada rencana pasti.
    Dila ini adalah korban wacana terbanyak dari aku kalau dipikir-pikir. Dari mulai jalan-jalan kemana-mana, makan, belajar, proyek, lomba, bisnis, banyak sekali yang berujung hayu-hayu tapi belum implemented hue sedih ya. Dila ini sudah menyaksikan ragam ekspresiku, naik-turunnya, seuri-sedihnya, mendengar dan menyaksikan sekian banyaknya episode dengan ragam genre yang lebih sinetron dari sinetron manapun. Kadang mungkin ikutan terbeban (?) tapi overall Dila selalu bisa memberikan respon yang menyenangkan dan menjadi pendengar yang baik.
    Tentang kebiasaan wacana dan kurangku yang lain, dimaafin 'kan ya Dil? :")

    Dari obrolan-obrolan yang dilakukan sebetulnya aku mendapatkan banyak hal, pembelajaran dan sarana berkaca. Kenapa kok berkaca? Di dalamnya aku mendengar sendiri bagaimana aku berbicara, apa yang kusampaikan. Kemudian beberapa saat setelahnya, aku mendapat poin "Oh harusnya aku begini, harusnya aku ga begini," dan seterusnya.

    Mengunjungi teman pun mengingatkan diri bahwa "Hei lihat kawanmu sudah ada dalam keadaan lebih baik dari sebelumnyaa alhamdulillah, kamu gimana?"

    "Ada orang yang hanya dengan melihatnya, itu cukup membuatmu ingat kepada Allah, bicaranya cukup menambah amalmu dan amalnya cukup membuatmu rindu akhirat."
    - KH. Rahmat Abdullah

    (Sebetulnya aku harap) selalu ada ruang untuk mengobrol dengan kawan(, tapi kadang malah aku yang terbenam sendirian). Kadang obat migrainku adalah kumpul. Kadang. Beberapa kali berhasil dalam kasus aku diseret buat kumpulnya, terpaksa berhubung kalau pulang puyeng banget wkwk.

    Aku selalu senang mengobrol dengan banyak orang. Katanya orang ekstrovert lebih mendapatkan energi ketika bersama dengan orang lain. Jadi, terimakasih sudah mau mengobrol dengankuu wkwk. Kalau casenya lawan bicara ternyata malah kehabisan energi ketika bersama orang, terimakasih telah mau memahami diri ini lebih.

    ---

    Saya sebetulnya dari dulu ingin sekali mereview satu per satu orang yang saya temui, kenali, dan kemudian punya cerita. Namun keterbatasan selalu ada, dan ternyata ingat-lupanya manusia memang perlu adanya. Jika ingatan monoton saja, tidak ada kadar berkesan atau tidaknya, rasanya kurang asik iya ga sih?
    Ya kalo ngga juga gapapa si.


    Terimakasih, Dil, sudah selalu menjadi pengingat secara langsung maupun tidak langsung, sadar tidak sadar. Semoga sampe kamu punya anak nanti, atau mungkin di alam setelah ini, kita masih selalu bisa ngobrol ya.
    Terimakasih kepada kawan-kawan yang menjadi teman ngobrol Shaffa!
    Continue Reading

    bismillaahirrahmaanirrahiim.


    Ada banyak hal unik, dan yang mampu dituliskan hanya sebagian kecil. Ada salah satu fenomena yang diambil dari keikutsertaan saya dalam agenda-agenda angkatan 2 dan 4. Tidak disengaja, tapi ya celetukan mah ada aja.

    "Pang kenapa deh, kamu kena mulu. Padahal kamu teh ngga salah apa-apa,"

    Kena apakah?
    #1 Jadi ceritanya dua tahun lalu bulan Ramadhan, itu merupakan kali kedua kami melangsungkan agenda Metamorfosis, pesantren kilat untuk anak-anak yang membutuhkan. Waktu itu masih berlangsung forum evaluasi, saya dan Nida izin pulang duluan. Biasanya, kalau sudah di atas maghrib saya akan memilih menginap. Namun berhubung keesokan harinya ada diklat divisi mentor Integrasi ITB 2016, kami harus pulang dan menyiapkan spek dan melakukan hal lainnya.
    Qadarullah, di perjalanan pulang kami mendapat hadiah; tertimpa patahan dahan pohon di area Soekarno Hatta.

    Momen campuraduk kala itu, memberikan cerita tersendiri terkait Metamor. Kebetulan saya lupa ingatan sih apa yang terjadi setelah pertengahan forum evaluasi. Yang pasti, Ukhti Nida Salma Fauziyah saudariku satu TK, SD, SMP, dan kuliah ini adalah akhwat tangguh yang luar biasa.

    #2 Jadi ceritanya dalam pendakian kemarin, fatalnya adalah beberapa saat sebelum keberangkatan, saya malah makan di warung sop iga. Kenyang pula. Padahal, kalau mau ujian olahraga aja saya harus shaum kalo mau kuat lari 6 keliling di Saraga tanpa hambatan. Yak terjadilah apa yang disebut dengan kalikiben di perut kanan, sepanjang awal-awal keberangkatan sampe pos 1. Kalau kata Uji calon Bu Dokter, asam laktat saya meningkat pesat terutama kalau capek. Makanya kena ke lambung juga. Sakit banget, iya. Itulah mengapa bahaya buatku kalau makan kenyang-tak tau apa yang akan saya jalani setelahnya. Hatur nuhun pada pihak berwajib yang membantu membawakan carrier. Alhamdulillahnya selebihnya saya bisa bawa carrier, sembari merasa-rasa perkembangan aktivitas lambung.

    #3 Jadi ceritanya dalam pendakian kemarin juga, setelah merasakan zonasi cobaan perjalanan menuju puncak yang kentara, kami turun dari puncak. Ada banyak hal unik, ada banyak zona mengesankan di Guntur. Salah satunya ini, dari puncak 1 ke pos 3. MaasyaAllah karena treknya memang pasir kerikil batu-batuan dan cara turunnya tinggal duduk, beri sedikit dorongan, kemudian serodotan. Kalaupun berdiri, rasanya dibantu microbots kaya yang di film Big Hero 6 itu lho.
    Kemudian di masa-masa asik serodotan, kami tiba di sebuah jalan yang bercabang dua. Kami ambil kanan, entah kenapa terbawanya ke sana. Serius ini ngalir aja gitu. Saat itu posisi saya, orang depan, dan belakang sedang serodotan duduk dan kami sedang tidak bawa carrier karena kami tinggalkan di pos 3. Kemudian tiba-tiba ada suara kencang sekali.
    Duk gitu bunyinya.
    Saya kira, itu orang belakang main tendang aja ini orang di depannya. Mungkin beliau susah berhenti akhirnya sepatunya nabrak saya. Ternyata, itu adalah hasil dari pembekuan lava atau sedimentasi sisa organisme atau ya sejenisnya. Ukurannya lebar 30cman lah, panjang ama lebarnya ga beraturan.
    Batu, gelinding dari ketinggian, kena punggung bagian bawah saya wkwk.
    Saya terpaku lama tuh. Semesta mengheningkan cipta. Kemudian tindakan medis berbicara hehe.

    Walhasil, perjalanan dari pos 3 ke bawah yang tentunya defaultnya saya bawa carrier akhirnya terrekayasa. Saya cuma bawa tas kamera, nenteng matras Adit, ama botol berisi air sungai. Bawaan sesedikit itu, saya masih jadi orang terbelakang. Kesusul sana sini wkwk. Ya ada rasa sakit yang mesti mendapat bisikan terus menerus, "Semoga kamu jadi pelebur dosa ya!"


    "Pang kenapa deh, kamu kena mulu?"
    "Hah gimana?"
    "Ya kamu teh istilahnya mah kena musibah muluu. Padahal kamu teh ngga salah apa-apa,"
    "Allahuakbar wkwk,"

    Dipikir-pikir, iya sih. Tenang, ini bukan mempertanyakan apa yang Allah kehendaki. Tapi ini bisa menjadi sebentuk sarana refleksi. Apakah kode yang Allah sisipkan di dalamnya?

    "Mungkin Allah mau kamu jadi sumber pahala buat kita-kita, Sap"
    "Nanti kalau di surga ga nemu aku, tolong cari aku ya. Bilang sama Allah 'yaaAllah mana teman Shaffa yang bantuin waktu Shaffa kena musibah?',"
    "Pang, mungkin kita harus berkaca lagi. Memperbaiki amal yaumi, mungkin ini salah satu cara Allah negur kamu, negur kita.."

    Kalian tau, nikmat Allah yang amat indah salah satunya adalah teman-teman yang shalih shalihah.
    Barakallahulakum. Semoga semua prasangka baik tadi bisa kita tindaklanjuti dengan baik yaa geng.

    ---

    "Maaf ya, beban perjalanan banget aku,"
    "Lah gapapa kali, Pang. Inimah kita terlanjur satu rombongan aja jadi mau gamau harus bantu,"
    "..." Makasi lho, Lik. Sangat menenangkan.


    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahim. 

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. Kurang dan cacat sana-sini. Menanti koreksi, mendamba masukan. 

    Ini salah satu sisi lain perjalanan mengarungi Guntur kemarin hehe. Jadi ceritanya, sehari sebelum berangkat saya dichat oleh seorang rekan akhwat yang bertanya, tentang batasan interaksi dan ikhtilat. Di postingan yang beliau lampirkan, bunyinya hati-hati kalau ikut agenda berkedok halal bi halal, reuni, silaturahmi, nanti malah ikhtilat. Kan ketemu banyak cowo tuh di sana.

    Saya berkata "Hmmm". Sambil mencari referensi, sambil bertanya pada orang-orang yang saya percaya sebagai narasumber, saya juga mikir "Ini besok naik gunung bakal gimana yak".

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Muslimah gaboleh terbatas nih geraknya! Saya lebih senang membahasakan apa yang disyariatkan itu bukan untuk membatasi, namun menjaga para akhwat hehe. Kami berhasil naik gunung pakai rok, pakaian syar'i, dengan menyesuaikan medan juga tentunya. Kami juga menemukan beberapa akhwat berniqab, bergamis, mix dengan topi manset dan sarung tangan. Akhirnya, sebebas mungkin berkarya boleh banget dan syariat insyaaAllah tidak akan mengurangi kenyamanan. Mungkin memang perlu waktu untuk sedikit penyesuaian jika ini kali pertama, namun melatih ini amat menyenangkan terutama kita punya teman yang sepaham dan mendukung satu sama lain.


    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Naik gunungnya bareng ikhwan? Mungkin ke depannya jika mampu baiknya akhawat aja, atau lebih bagus kalau sudah ada mahram hehehe.
    Tapi kali ini iya bareng. Apa satu agenda membuat kami tidak lupa penjagaan diri? Tidak juga.
    Bagaimana kita terutama para muslimah memposisikan diri dalam sebuah agenda membuat pihak lainnya akhirnya menyesuaikan diri. Lebih baik jika kau bisa ungkapkan secara langsung koreksi yang ada, syukur ketika akhirnya bisa jadi evaluasi bersama. Mungkin ada beberapa kesalahan yang luput, tidak sadar kami lakukan, namun yang penting di sini adalah husnuzhan dan tindak lanjut darinya. Nyadar salah, nyadar lupa, terus apa?

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Di sini juga belajar komunikasi, belajar berani.
    "Heh jangan maen tepok-tepok napa,"
    "Lu duduknya belah sono aja,"
    "Minum duduk woi, pake tangan kanan,"
    Hidup ini saling mengingatkan, dan yang mengingatkan ini sesungguhnya berujar tidak hanya pada yang lain namun juga diri sendiri.
    Siapa sih manusia yang selalu benar? Hehe.

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Islam tidak membenarkan adanya kesempitan bagi umatnya. Bukan sarana mengambil kesempatan, namun melatih hamba menakar mudharat dan maslahat yang didapat.
    "Gua mau bantuin, tapi takut dosa~"
    Ya pinter-pinter aja dah. Atas dasar apa dirimu berbuat, atas niat apa dirimu bertindak. Jika ada sebuah tindakan yang sama sekali tidak diinginkan namun menuntut keselamatan dalam keadaan darurat, Allah Mahatau.

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Alangkah baik jika dari sebuah pengembaraan, kita dapatkan hikmah! Alhamdulillah lho, mengulang cerita ini membuat munculnya kesadaran, meningkatkan kepekaan.
    Eh yang gini ini lho saatnya kita para muslimah bicara. Eh yang gini ini lho saatnya kita minta yang lain agak bergeser posisinya. Eh yang gini ini lho batas kita bercanda.
    Kepekaan itu dilatih, jangan sampai buta menghadapi realita.

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Ga setuju dong, kalau misal muslimah ga punya kesempatan menuai hikmah juga. Syariat yang ada menjadi pengingat diri ini punya sebuah benteng yang harus dijaga. Bahkan jika para muslimah berhasil menegakkannya, pihak di sekitar bisa membantu menopang benteng itu. Percaya atau tidak, itu fakta.

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. 

    Yang pasti, kalo mau bepergian jangan sendiri lah ya, Sist. Perbanyak kawan. Harus dapat izin ortu pastinya. Banyak dzikir karena wallahua'lam apa yang terjadi di luar sana.

    Tulisan ini adalah tulisan seorang yang masih belajar, berusaha banyak baca, mencari pengalaman, nyari ilmu, berusaha peka. Masih banyak kurangnya, masih butuh referensi dan sharean pengalaman juga ilmu manteman semua dan yang lebih paham. Masih sekenanya, semoga bisa menuai hikmah dari apa yang sudah dilalui. Gitu aja dulu sih.

    Jazakunnallah khairan khatsira Saudariku sekalian yang mengiringi memetik hikmah, mengingatkan lebih dari 24x3 durasi perjalanan kita. Bahkan perjalanan kita sudah lebih dari 3 tahun ya?

    Buat Sipa, Bita, Khansa, dan Uji, jangan bosen membersamai aku!
    Oiya, jawaban pertanyaan temenku sebelum keberangkatan, mungkin bisa rangkum dari Kebebasan Wanita jilid 2, Abdul Halim Abu Syuqqah. Bisa juga ada referensi lain. Belum menjanjikan akan merangkumkan semuanya dalam satu tulsan. Hehe. Wallahua'lam bisshawab.
    Continue Reading
    bismillahirrahmanirrahim.

    gambar tidak nyambung biasa

    Rasanya yang berbeda seiring bertambahnya umur. Bagaimana mengetahuinya terasa setiap tahunnya, dalam sebuah momen bernama salam-salaman kala 'Idulfitri.

    Entah mengapa, dari tahun ke tahun makna salam semakin mendalam. Apa yang bertambah, apa yang berkurang? Agak sulit mendeskripsikannya.

    Aku mengamati sedari kecil bagaimana orang-orang, termasuk diriku sendiri, bersalaman, salim dengan orang lainnya, keluarga. Kebiasaan menghabiskan waktu bersama keluarga liburan 'Idulfitri di Desa Cikujang membuat perbandingan ini cukup terasa. Setelah menunaikan shalat 'Id di Masjid Jami' al-Falah, jamaah akan membentuk barisan, mengular sampai depan rumah nenek. Bersalaman, menyatu dengan barisan ibu-ibu yang ripuh dengan anak-anak sehingga tidak bisa turut bergabung shalat jamaah, juga dengan para lansia dan perempuan yang berhalangan.

    Dahulu rasanya biasa saja, salim cuma menggiring tangan orang-orang sampai kening atau malah bagian tepian kepala. Inginnya langsung pulang saja makan ketupat dan opor, dipanggil lagi "Sini salim dulu sama orang-orang!".
    Semakin tua (huhu), mau tidak mau dan sadar tidak sadar ada kekhidmatan yang bertambah dan porsi asal-asalan yang berkurang. Lebih dari itu, entah mengapa salim bersalaman dengan sesama anggota keluarga rasanya semakin sulit. Semakin sulit memahami sebetulnya apa yang aku rasakan. Apakah perlu membuat sebuah penelitian hubungan antara bertambahnya usia seseorang dengan terhubungnya saraf sensori aktif saat bersalaman dengan terstimulasinya kelenjar air mata?

    Itulah mengapa terkadang aku memilih untuk salim singkat saja, atau memilih mengajak adik-adik sepupu sibuk sendiri. Jika tidak, tidak diragukan lagi sekali aku menangis akan sulit berhenti. Hehe.

    Semakin bertambahnya usia dan berkurangnya umur dari waktu ke waktu, salim bersalaman akan terasa semakin berarti.
    Ada perasaan lebih yang dilibatkan. Ada sebuah pengingat akan pengabdian terhadap orangtua. Ada sebuah peringatan bahwa tak selamanya tangan-tangan itu bisa aku raih untuk sebuah cium tangan.
    Tak selamanya.
    Mungkin ini yang mendasari dalamnya perasaan (bersalah) yang terlibat. Semakin tua usia, semakin diingatkan akan kesempatan yang terbatas.

    Dalam sebuah salim, cium tangan, ada sebuah penundukan atas ego diri, ada sebuah pengakuan atas lemahnya diri tanpa Abah Ummi Aki Eni Bibi Om dan orang-orang penuh jasa lainnya, ada banyak rasa bersalah dari belum berhasilnya proyek membahagiakan orangtua, ada banyak permohonan maaf atas segala kebadungan diri, ada sayang yang mengalir. Ada, sedikit maupun banyak, jika hendak memaknainya.

    Mungkin sudah waktunya aku terlalu menghindari salim cium tangan yang sesingkat-singkatnya, menepis gengsi terbitnya rintik air mata. Toh aku tau, darinya mengalir sayang yang lebih deras dari apapun, menenggelamkan jiwa nakal seorang anak Abah Ummi, menerbitkan sebuah tekad menjadi lebih baik dan membahagiakan orang-orang di sekitar.

    Doa yang dibisikkan sembari kamu menunduk mencium tangan sungguh mampu menyuburkan besarnya hati, mengobati luka, menepis dengki.
    Sebesar itu kekuatan salim bersalaman, cium tangan, bahkan mungkin lebih.
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim.

    Curhatan lama. Ditemukan dalam file yang nyasar ke folder tugas. Saya mendapati curhatan tiap zaman fokusnya benar-benar beda. Waktu itu kenapa ga jadi dipost ya?


    ---



    Sudah sangat lama entri baru tak kunjung diketik. Kebanyakan karena menunda dan akhirnya lupa. Ingat pun hilang feel-nya. Ya semoga bisa berkurang ke depannya.

    Ini adalah cerita di sebuah penghujung malam dalam April 2017. Saya sedang aneh sekali hari ini. Dila mendapati jika ia bertanya tentang suatu hal yang sama.
    "Abis ini ngapain kemana, Shaf?"
    Kemudian saya tampak seperti orang yang sangat butuh pencerahan dukungan dan liburan.

    Jadi saya menyadari saya lagi diterjunkan di beberapa tempat yang buat saya segini aja udah saya kurang-kurangin tapi secara gasadar ya tetep aja nambah lagi banyak setelah nolak banyak juga. Gatau sih tapi banyak yang mengiyakan fenomena tersebut. Yang membedakan setiap pelaku adalah bagaimana pelaku memenej semua dengan hati dan pikiran yang sinergis tanpa meninggalkan apa-apa yang jadi prioritas utama hidup.

    Saya masih harus banyak sekali belajar dan berbenah. Dan akan selalu begitu. Maka janganlah lelah mendengar frasa "butuh diingatkan" selagi masih ada Shaffa di sekitar kalian wkwk.

    Semalem niatnya saya pulang tuh. Kemarin sampe maghrib saya masih di lab ngerjain tugas. Kemudian hujan. Atas pertimbangan satu dan lain hal dan saya memutuskan pulang esok hari saja yang berarti hari ini, masih 23.59 kok wkwk. Terus ternyata Dila pun butuh tempat mengungsi karena kosannya mati listrik dan internetnya karena korslet. Malam itu saya lalui dengan biasa aja dengan niatan pergi shubuh ke Salman sekalian Dila ke kampus, ba'da shubuh bisa denger Dr. Adian Husaini di rangakain GSJN, terus ketemu Kak Hasna ngasih nota-nota.
    Perlu diingat gengs, masih niatan. Dan kita memang tukang bikin rencana yang ter-... ter apa ya.

    Dan fakta akhirnya berkata, Dila ke kampus ama temen kelompoknya. Bukan saya. Saya shubuh di kosan. Ga ke Salman karena Kak Hasna sudah kembali awal waktu. Agenda selanjutnya adalah sampe kampus jam 8 terus ke Salman terus ke masjid BATAN terus ke GKU timur kelas KKN yang masuk jam 9 sampe jam 4 setelah itu aku sangat amat niat pulang. Ummi minta Shaffa pulang.

    Hari berlalu rasanya amat panjang dan padat. Sore hari ketika to do listnya hanya tinggal pulang, penelitian kecil memanggil.

    ...

    Kelompok pencil kami hari ini sedang kritis. Emosi para rekan lagi ga stabil wkwk habisnya topik fotoperiodisme itu sangatsangatsangat... hng.

    Setelah ashar di Salman, saya izin di grup bilang harus pulang. Saya jalan ke parkiran kubus dan menyalakan motor antara ragu dan tidak.
    Motor berjalan, tapi entah kenapa saya melaju masuk ke parkiran sipil, dan bukan melanjutkan perjalanan ke rumah.

    Heiya. Ngapain motoran dari kubus ke sipil coba wkwkwkwk.

    Saya berjalan hampa ke labtek biru. Menemukan temen-temen kelompok pencil di sana. Mendapati kerusuhan menyiapkan alat penil. Mendapati seorang rekan kelompok kami leftgrup karena gaada yang waro wkwk maap El :( kami semua padat hari itu. Dan konflik ya luar biasa lah adanya.

    “Shaff ko ke sini? Kamu ga jadi pulang??”
    “...”
    Entahlah. Saya merasa sangat ada keperluan dan tanggung jawab di pencil. Walau ada yang aneh rasanya. Senyum saya menghilang hehe.

    Kami memasuki rumah kaca sambil menunggu rekan kami yang ngambek. Niatan merangkai instalasi duluan.

    Kemudian ada kabar kawan kambuh sakitnya. Ia memang terbiada meminta tolong pada saya. 
    Tersulutlah. Ada guncangan dan air mata hehe. Temen-temen paniklah kok tiba-tiba begituu. Akhirnya saya bercerita sedikit. Sepertinya itu bukan hanya karena adanya kabar terakhir, tapi akumulasi setres -_-

    Maapkan geng bikin panik hehe. Ini sindrom saya, sekian lama sekali terjadi. Pertama kali ada waktu di MAN, kisahnya ada di postingan lain blog ini. 
    Di situlah saya malu sama temen-temen kelompok. Ini kedua kalinya saya nangis tiba-tiba depan temen-temen biologi.  

    Ini bukan fenomena yang tidak biasa. Saya sering mengalami kebingungan jika diminta pulang ke rumah ketika (sok) banyak sekali kerjaan di luar rumah. Pun juga ketika ada tokoh lain yang membutuhkan keberadaan kita di sisinya.

    Mana prioritas utama hidupmu, kawan, setidaknya untuk saat ini. Sudah sejauh mana kewajiban dan tanggungan yang kamu bawa sedari lahir hingga hinggap di usia sekarang terpenuhi?
    Khawatirlah ketika urusanmu tak kunjung usai dan berkurang, ada refleksi yang perlu dilakukan.

    Ini adalah sebuah tugas bagi saya untuk mengulang kembali materi Fiqh Prioritas.


    Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)

    Ada yang namanya seni komunikasi dengan orang tua, setelah kamu mampu menyusun pemetaan urusan-urusanmu.


    ---

    Curhatan lebih dari setahun lalu. Berhubung sedang memperbanyak nulis jadi saya edit sedikit dan masukin aja ke #30harikenaiqob hehe.

    Semoga semua urusanmu dimudahkan.

    Terus kenapa huruf di postingan ini warna-warni dan gabisa diubah yak. 





    #olimpiadetaqwa
    #karenakitakeluarga
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim.

    percayalah foto ini ga nyambung sama isinya. inimah requester aja wkwk. 
    taken di GCamp 2017 yang setelahnya saya tepar karena itu bener-bener baru balik kulap Bali.

    dan seperti biasa, judulnya juga ga nyambung-nyambung amat


    Tulisan ini memenuhi rikues A4 G18. Kenapa judulnya ini? Akhir-akhir ini doi dibuat sibuk dengan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Judulnya mah Batik Randa Tapak, tapi yang terpuyeng menurut saya mah dia sih wkwk. Dan saya (harus) (mau ngga mau) jadi pereda puyengnya, gaboleh ikutan puyeng karena nanti tidak memperbaiki keadaan.

    Okei ini ceritanya bermula dari Kanjeng Dimas Ghiffari yang semangat sekali membuat batik Randa. Motivasi terdalamnya apa saya juga kurang tau sih. Tapi ya apresiasi deh perjuangannya wkwk kirain akan wacana seperti yang terjadi di G17. Ukuran batiknya sudah dilist, uang sedang berjuang dikumpulkan, model ada lah sketsanya, semua dilengkapi dengan kondisi respon dari orang-orang yaa gitu lah adanya. Rada hese tapi ya alhamdulillah bisa sejauh ini.

    Ceritanya banyak sekali miskomunikasi dalam perampungan proyek ini. Sampai kini pun belum rampung namun ya harapannya lancar we ya ke depannya. Mulai dari 1.5 ternyata 1.15, eta uang yang dibutuhkan ternyata banyak, bahannya butuh perjuangan nyarinya jadi ada bagian yang maksain beli seadanya mumpung ada, Kanjeng pengen ganti model lah. Matak Fitri jadi lieur teh tah nu kieu sih wkw. Hikmahnya, Fitri jadi apal saya kalo nyetir serem, ada acara ban saya kempes dulu tuntun motor ke sana kemari, Kanjeng nyasar dulu, mendapati fenomena bahwa hanya ada satu toko murah dalam satu area di Cigondewah, juga memberi kesempatan bagi Fachri dan Syams untuk lebih total dalam ngisi materi dikpus wkwk.

    Oiya, dari ngambil kain batiknya, saya dan Zhafirah mengalami muter-muter jalan, macet yang maasyaAllah padahal mah ituu motor dalam posisi membawa gulungan kain 92 m, tidak jadi nawar, tapi allahuakbar ya berkah Ramadhan memang nyata adanya. Semua terasa ringan dan menyenangkan walaupun cangkeul. Dan kami dapet dua bungkus cendol dari Pak Haji Bos Kain.

    Kata beliau, "Neng ini cendol bikinnya pakai celana loh" "Gimana, Zhaf? Aku ngga ngerti :("

    Maaf saudara-saudari pembaca jika narasi ini hese dimengerti. Saya sedang membiasakan untuk membuat prasasti hehe experience is best teacher 'kan, kata buku tulis. Menulis adalah salah satu cara menghargai sejarah, minimal ini sejarah diri hehe.


    Tentang Melakukan Sesuatu untuk Ummat

    Ada masanya, atau mungkin sebagian besar langkah kita dilakukan bukan untuk diri sendiri. Bisa saja untuk orang lain, atau untuk lebih banyak lagi orang. Ini menjadi motto sebagian besar aktivis: khairunnas anfa'uhum linnas. Jangan bosan mendengarnya, karena manusia sungguh banyak khilaf dan lupa. Ketika langkah yang dititi ternyata memang untuk kepentingan saudaramu, berbahagialah karena kau tengah menjalani tahap demi tahap untaian persaudaraan. Untaian tersebut akan semakin kuat, dan kuat, dan lebih kuat lagi dengan ragam tali temali ketika Allah ada dalam nafasmu. Hingga akhirnya ungkapan aku mencintaimu, kalian, karena Allah memang menjadi senandung dalam salam sapa sampai surga.

    Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendatangkan lelah. Wajar, manusiawi. Yang membuat lelah itu istimewa adalah kebahagiaan yang mengiringi, atau didapatinya pembelajaran untuk menjadi manusia yang ikhlas. Tapi sungguh, melihat orang lain tersenyum ketika ada usaha kecil kita sedemikian berarti bagi mereka, mendatangkan rasa aku-ingin-melakukannya-lagii. Ketika mungkin hasil usaha kita tidak menghasilkan senyum selebar yang kita harapkan, mungkin yang dibutuhkan adalah spion; memandang sedikit ke belakang, karena siapa aku melakukan sesuatu untuknya, untuk mereka? Jika karena Allah tentu mestinya aku tak kecewakan responnya atas usahaku.

    Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri memberikan rasa takut lebih besar untuk gagal. Khawatir orang lain kecewa akan kerja kita, khawatir orang lain tak lagi percaya kita. Jika rasa ini ada pada kadarnya, tentu menjadi motivasi untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Pada kadarnya. Jika berlebihan, kadang muncullah overthinking, "Aduh gimana ini Teeh kalau pada kecewaa? :(" "Teh aku cemaas" dan sejenisnya. Jika tidak ada sama sekali, bisa-bisa dilakukan seadanya. Sesuatu yang tidak pada kadarnya memang tidak menyenangkan ya. Maka dari itu, dalam melakukan sesuatu untuk orang lain, untuk ummat, menjadi sarana melatih diri untuk memposisikan sesuatu pada kadarnyaa. Kalau pas, melakukan yang terbaik akan terwujud dengan sendirinya. Iya 'kan?

    Melakukan sesuatu tidak untuk diri sendiri sejatinya tidak searti dengan frasa itu sendiri. Bagaimana? Sebenarnya dalam langkah tersebut diri sendiri ini pasti mendapatkan sesuatu, tidak mungkin tidak walaupun judulnya bukan untuk diri sendiri. Entah pembelajaran, entah hikmah, berkah, kebahagiaan. Lelah mah yak tidak sebanding lah wkwk yakin deh, hilang sendiri dimakan waktu, Sisa-sisanya ya insyaaAllah poin menyenangkan tadi, ada saat dikenang. Itulah mengapa volunteering memiliki tingkatan kebahagiaan yang lebih dibandingkan main game, shopping, dan lainnya.
    Biidznillah. 

    Melakukan sesuatu untuk ummat berarti kita termasuk di dalamnya. Melakukan sesuatu untuk diri sendiri juga orang-orang lainnya. Melakukan sesuatu itu tidak mesti besar untuk mendapatkan berkah kebahagiaannya. Sesederhana mendoakan saudara, keluarga semuslim sedunia pun terhitung amat berarti. Akhirnya tinggal menguatkan niat, bagaimana setiap langkah kita menjadi berarti untuk orang lain.

    Maka lelahmu semoga membawa keberkahan lebih dalam dunia hingga akhirat nanti, karena aku tau lelahmu saat ini adalah untuk mereka, untuk dia, untuk kita, untukku juga.

    ---

    tulisan di atas published. terus ada rikues tambahan dari requester.

    "Harusnya ada foto itu wkwkw
    Trus harusnya ada perjuangan G1 ngiket2 trus akhirnya ngangkut kain ke SR trus nyangkutin kain ke tasnya sampe rancaheranggg wkwkwk
    Ksian pisan kalau diinget2 wkwkw"
    - Devi Fitri Ferdania, 9:06 PM

    Untuk kebahagiaanmu lah, Fit :")



    #olimpiadetaqwa
    #30harikenaiqob tapi #tulisansayabarusedikit
    #karenakitakeluarga
    Continue Reading

    bismillaahirrahmaanirrahiim.

    "Shaf, pulang mulu." - Yaiya saya gaada naungan lain wkwk
    "Shaf, ga cape pulang-pergi?" - Eum, capek
    "Hah, Shaf ga ngekos lagi? Jauh banget loh" - Hehehe

    Dimulai dengan alhamdulillah 'alaa kulli haal. Sembilan belas koma lima kilometer dikali dua itu sebenarnya hanyalah aspek spasial. Nyatanya ada aspek temporalnya dan itulah yang menguras tenaga hati mental fisik wkwk. Tapi ya alhamdulillah 'alaa kulli haal.

    Sejak semester lima dimulai ini saya menjalani hidup sebagai riil anak rumah.
    Semester satu, saya ngekos dekat kampus dan pulang di weekend (rencananya). Nyatanya agenda weekend ya gitu terus lelah juga ngangkot kadang bawa baju ke rumah teh hehe.
    Semester dua tidak terlalu berbeda.
    Semester tiga saya pindah ke agak jauh dari kampus dan di liburan pergantian tahun saya baru diizinkan dan direlakan belajar motor dan bisa yey hasil nego setaun lebih. Pertama kali mau pulang ke rumah naik motor, saya ingat saya kesenggol mobil di Cisitu, kebanting ke mobil satunya lagi wkwk akhirnya gajadi pulang :( terus setelah itu lebih mudah pulang pake motor.
    Semester empat tidak terlalu berbeda. Memilih ngelaprak di rumah karena entah mengapa lebih lancar hehe.
    Semester lima, titah Ummi menyatakan bahwa saya mending tidak ngekos lagi dan pulanglah ke rumah. Jadilah saya anak dugdag atau pulang-pergi.

    Dengan fakta bahwa semester lima adalah semester terberat untuk fisik dan mental mahasiswa biologi, ya saya akui ini ++ pisan. Saya menyadari satu kali saja saya tidak hadir, entah sebanyak apa materi yang saya skip. Saya menyadari sehat ini yang utama. Saya menyadari saat dimana saya memiliki ambang batas yang jika saja saya lewati itu, saya drop. Entah perasaan ataukah apa tapi ya begitu adanya.

    Di balik seluruh lelahnya perjalanan dugdag, saya mendapati bahwa saya senang bisa mewujudkan apa yang Ummi mau. Setidaknya, dengan saya ada di rumah, ada peran kehadiran yang saya bawa.
    Peran (setidaknya) 'hadir'. Untuk enam tahun dalam sekolah berasrama, sepertinya terlalu lama jika ++ kuliah. Padahal awalnya saya ingin kuliah di Bogor wkwk tapi ya udah gapapa bismillah nurut. Biidznillah saya di sinilah. Bandung, dengan segala hiruk pikuknya. Kalau dipikir, apa bedanya dengan asrama jika saya ngekos untuk saat ini? Oleh sebab itulah saya bertahan dugdag semester ini. Berusaha 'ada' di rumah. Entah ngapain.

    Sering sekali terpikir dan tersampaikan pada kawan-kawan, betapa tidak mengenakkan hati ketika sampai ke rumah tapi tidak menyempatkan belum ada kesempatan untuk melakukan pekerjaan rumah yang cukup meringankan Ummi. Sedih.

    ---

    Saya tengah membuka-buka draf blog. Banyak juga, dan ini salah satunya. Kebiasaan saya yang kurang baik adalah kalau nulis gini suka ngga beres. Bahkan kalo saya baca sekarang-sekarang, saya penasaran dengan apa yang saya-masa-lalu coba sampaikan pada publik. 

    Tulisan tadi adalah tulisan saya semester lima, ada dalam kehektikan akademik yang nyata tapi allahuakbar berkesannyaa luar biasa. Saya sedikit banyak ingat, betapa saya di rumah sulit memposisikan diri sebagai anak perempuan dan kakak yang baik dengan tuntutan perhatian tercurah pada laprak, laprak, laprak, dan laprak. Melihat saat ini saya sudah melalui semester lima dan enam, alhamdulillah ya ternyata periodisasi ujian itu nyata adanya.
    Yang jelas, usaha untuk 'hadir' sebagai anak perempuan dan kakak perempuan di keluarga akan selalu menjadi kewajiban sampai akhir nanti. 
    Saya bersyukur menjadi seorang anak Bandung. 
    Saya bersyukur masih punya kesempatan untuk bisa hadir secara kasat mata di tengah keluarga. 
    Saya bersyukur masih diingatkan Ummi untuk mengerjakan ini itu. 
    Saya bersyukur dalam Ramadhan ini ada hal baru yang saya pelajari, dan tidak hanya saat ini sih namun setiap detiknya.
    Saya bersyukur bisa merasakan bahwa hal yang paling datang dan pergi di dunia ini salah satunya adalah cucian ahaha.


    Namun perlu diingat:
    Jarak bukan alasan untuk meniadakan 'keberadaan'mu di tengah keluarga. Jarak bukan alasan untuk
    meniadakan peranmu sebagai anak. adik, kakak. Jarak bukan alasan untuk mengelak dari permintaan orang rumah. Selagi masih ada umur maka penuhilah. Ini bahasan umur bukan hanya umurmu, umur kita, namun juga umur beliau-beliau sang ayah sang ibu sang kakak sang adik dan sang lainnya.
    Barakallahulakum. Peran mengalami sebuah perputaran. Ada saatnya kita akan berganti bertambah peran tanpa melepas peran sebelumnya.
    Berat? Ya da hidup mah peurih.

    Ingat pulang.
    Pulang ke rumah.
    Lebih lanjut lagi pulang ke rahmatullah.



    Ini surely ga nyambung sama yang saya-masa-lalu coba sampaikan. Tapi ya ingin aja tulisan ini dibereskan. Saya ngga ganti judul lamanya. Sekalian nambah tabungan tulisan #olimpiadetaqwa dan #30harikenaiqo hehe.
    #karenakitakeluarga, jadi saya senang berbagi.
    Ambil manfaatnya saja hehe percayalah ada hikmah dari segala sesuatuu.
    (alibi) (semoga manfaat)



    #olimpiadetaqwa
    #30harikenaiqob
    #karenakitakeluarga 




    Continue Reading

    bismillaahirrahmaanirrahiim.

    "Kenapa Islam benar, Bah?"
    "Ini siapa yang nanya? Mau pakai pendekatan apa?"
    "Hmm yang nanya yang sedang mencari kebenaran, Bah,"
    "Gini.."

    ---

    Jadi ini adalah pertanyaan seorang adik tingkat, yang tengah mencari hakikat kehidupan. Agak bingung saya, teman mempertemukan dia dengan saya yang.. akumah apa atuh :( tapi ya bismillah kami sedikit banyak mengobrol.
    Sampai pada satu titik dimana saya bertanya apa lagi yang masih membuat dirinya penasaran.

    "Kenapa Islam adalah agama yang benar, Kak?"

    Hmmmmmm.. Saya tau sih Islam teh benar tapi gimana jelasinnya yak. Alhamdulillahnya adalah pertanyaan tersebut diutarakan lewat chat, jadi saya bilang saya akan membalas ketika sudah luang. Saat itu dia memang tau kalau saya sedang ada kumpul.

    Hmm bingung wkwkwk yaaAllah ini pertanyaan dasar tapi kok..
    Bingung ngga bingung ngga? Tenang, tenang, walaupun bingung, memang tidak semua hal mudah diungkapkan dengan kata-kata. Atau mungkin ini menggerakkan kita untuk lebih banyak bertanya dan membacaa.

    ---

    Nalar
    Sekarang kita coba lihat ini, hape ya. Hape tercanggih bisa apa aja? Pasti bisa lah ya menyebutkan spesifikasinya. Ada ini, itu, dan banyak lagi. Hebat banget 'kan ya yang buat. Butuh berapa tahun untuk mengembangkan hape sampai secanggih ini? Bertahun lamanya. Walaupun begitu, berarti otak manusia keren. 
    Otak manusia keren, yang buatnya siapa?
    Pasti ada. 

    Ini nalar manusia. Otak-otak manusia ada yang menciptakan. Nalar alam semesta ini mengatakan bahwa seluruh alam ada Yang Menciptakan.
    Al-Qur'an menyatakan bahwa alam semesta ada Yang Menciptakan. Pas 'kan?

    Apakah ini kebetulan? Nalar alam semesta ini menyatakan sedemikian baanyaknya fakta yang 'kebetulan' sama dengan konsep yang Islam bawa. akta-fakta ini induktif, merujuk pasa satu konsep. Bagaimana bisa meragu?
    Fitrah manusia ini akan sampai pada konsep yang sesuai dengan apa yang Islam kenalkan. Seluruh manusia akan mengiyakan ini, jika dan hanya jika pikiran. logika yang ditanya mau jujur.

    Ini adalah apa yang al-Qur'an bawakan. Namun perlu diketahui, walaupun wahyu belum turun, kita masih tetap bisa sampai pada Tuhan. Inilah yang dikatakan agama fitrah. Mau bagaimanapun, alam semesta akan menunjukkan kebesaran Penciptanya.

    Hati
    Mau jujurkah? Pernahkah mengalami masa kritis dalam hidup? Minta tolong ke siapa, apakah terpuaskan? 

    Islam mengenalkan Tuhan yang tidak pernah bersedih.
    Islam membuatmu mengenal dirimu sendiri. Hati ini kemudian menjadi alat uji bagaimana kita mengenal Allah. Allah mampu melapangkan dada manusia. Memberi ketenangan. Tidak kasat mata? Apakah itu masalah? Telah tampak fakta-fakta di sekitar yang menunjukkan keberadaan, kebesaran Allah. Tuhan 'lain' yang dapat dilihat wujudnya saat ini, bagaimana bukti bahwa Tuhan itu Mahaadil untuk semua manusia di seluruh zaman jika baru 'dibentuk' di pertengahan masa keberadaan manusia. 

    Capeknya hidup bukan berarti karena Allah tidak memberi pertolongan. Kenali dahulu Tuhanmu.

    Teknologi tercanggih masa kini, tentang makhluk hidup mungkin ada pada gene editing, atau kloning untuk 'menciptakan' makhluk hidup. Namun semua yang dilakukan ini bergantung pada apa yang sudah ada. Apa yang sudah ada siapa Yang Mencipta?
    Saat ini, manusia yang mengembangkan teknologi ini seperti anak-anak yang bisa membuat 36 warna dari 12 warna cat air, anak berbakat. Mengombinasikan, mengubah, dari apa yang sudah ada. Manusia memang Allah ciptakan memiliki bakat. Analogi pas dan sederhana, hanya mungkin berbeda tingkatan, garapan, bidang, dan usia. Bukan berarti merendahkan usaha yang dilakukan para peneliti, ilmuwan, ahli, namun mengenal bahwa manusia sungguh hebat hendaknya membuat kita semakin yakin bahwa Allah Mahahebat. 
    Semakin kita mengenal diri, semakin kita mengenal Allah itu nyata adanya. 

    Tidak perlu memunculkan dalil untuk menjawab ini rupanya. Nyatanya alam semesta ini merupakan salah satu bentuk dalil, menunjukkan bahwa Islam memang agama yang fitrah.
    Agama yang benar adalah yang memberi ketenangan pada hati dan pikiran, itupun jika hati dan pikirannya hendak dibawa jujur. 
    Sudahkah kau temukan ini dalam Islam?

    ---

    Saya belum habis-habis baca Ayat-Ayat Semesta tulisan Pak Gus Pur. Namun dari dialog buka puasa di meja makan ini saya menyadari bahwa semesta memang sebentuk ayat. Trensains harus jadi nih semangat IAG.

    Ceritanya saya mula-mula tanya ke Ummi, terus Ummi bilang tanya Abah. Orang yang mencari kebenaran perlu dipertemukan dengan orang yang tepat karena manusia banyak kurang lebihnya masing-masing, termasuk pada pengemasan kata-kata dan keluasan wawasan pendekatan untuk menjawab pertanyaan. 

    Saya jadi mikir, ini kalau nanti anakku bertanya hal serupa karena ada pertanyaan dari adik tingkatnya yang sedang mencari kebenaran, aku kudu piye wkwk. 


    Segala puji bagi Allah yang memberi Fathya Abah dan Ummi yang keren banget.




    #olimpiadetaqwa
    #30haarikenaiqob
    #karenakitakeluarga

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    fathya
    << biology-art >>

    bit.ly/shaffabutuhdiingatkan

    Read More

    Follow

    • G+
    • tumblr
    • facebook
    • twitter
    • pinterest
    • instagram

    Labels

    #olimpiadetaqwa abiotik alampikir bandung biotik Indonesia kawan keluarga lingkaran masyarakat pakulahan serpong subang tugas tki

    recent posts

    Blog Archive

    • Mei 2020 (1)
    • Oktober 2019 (2)
    • September 2019 (1)
    • Mei 2019 (2)
    • Maret 2019 (3)
    • Februari 2019 (1)
    • Januari 2019 (5)
    • Desember 2018 (1)
    • November 2018 (1)
    • Oktober 2018 (1)
    • September 2018 (2)
    • Agustus 2018 (2)
    • Juni 2018 (8)
    • Mei 2018 (7)
    • April 2018 (3)
    • Januari 2018 (9)
    • September 2017 (3)
    • Agustus 2017 (2)
    • Juni 2017 (1)
    • Februari 2017 (1)
    • April 2016 (3)
    • Maret 2016 (1)
    • November 2014 (2)
    • Oktober 2014 (7)
    • Juli 2014 (2)
    • Juni 2014 (2)

    Cari Blog Ini

    facebook Twitter instagram google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top