Pages

  • Home
  • About
tumblr linkedin

things.

    • Home
    • Gallery
    • About
    bismillaahirrahmaanirrahiim



    Pernah sakit hati? Aku pernah. Sering malah. Keselnya, udah sekali ngalamin, masih saja ngulang kasus yang sama di lain waktu. Mancing penyebab, ya wajar sakit hatinya terus-terusan. Patut marah-marah? Ngomel aja sama diri sendiri, tapi ya jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

    Minta orang ngingetin kok bagian diri sendiri yang ngingetin kaya angin lalu aja. Gajelas.

    Ini sakit hati yang lebih pedih dari apapun. Jangan pernah mau coba walaupun gapercaya sepedih apa. Penyesalannya akan menghantuimu. Kesedihannya terlalu menyakitkan. Walaupun semenyakitkan itu, anak ini masih aja suka lupa diri, keasikan sama 'urusan' lain. Akhirnya, nemu momen yang serupa, sakit hati lagi. Sedih lagi. Apa dah maunya.

    Mikir kuat karena ketimpa sakit hati berkali-kali masih bertahan? Yeu mana ada kuat. Itu hati dan pikiran dipake lah. Jangan sampe kebas, na'udzubillah.

    Sakit hati ini bisa membawa sindrom tangis ga karuan. Tangis yang gajelas. Tangis yang menyayat hati. Orang bakal tanya kenapa, terus ini gabisa jawab. Kenapa? Takut. Takutnya air mata ini mubadzir. Sedih sekarang, kesalahannya terulaang lagi.

    Air matanya nanti ngasih kesaksian apa ya di hari akhir. Ini nangis, betulan nyesel ga sih?

    Ini sakit hati yang membingungkan. Kalau gamau sakit hati ya berhenti, kata orang-orang. Berhenti apa? Berhenti mengulangi kesalahan. Susah ya? Kalo ga susah, ini anak kayanya gaakan ngulang lagi deh. Cuma ya yang namanya susah itu persepsi sih. Diri yang berikhtiar, Allah yang mampukan.

    Laa haula wa laa quwwata illa billah. Bukan gabisa. Manusia dikasih karunia untuk memampukan diri. Malah wajib lah kalau menjaga kalam-Nya.

    Ngerti sakit hati apa?
    Anak ini sering sakit hati dan masih aja mancing penyebabnya. Sakit hati jarang muraja'ah, sakit hati belum ziyadah-ziyadah, sakit hati belum amanah. Amanah Allah. Amanah dunia. Amanah buat selalu menjaga kalamullah. Amanah untuk punya hafalan, seengganya buat bekal generasi berikutnya. Enggan ngafalin karena takut gabisa jaga? Anakmu dibacakan apa nanti kalau lagi ngga mampu pegang versi tekstual? Kalau mata sudah rabun, apa daya?

    :(

    Anak ini bandelnya bukan main. Dimarahin iya minta maaf, terus ngilang lagi. Setorannya musiman. Alesannya kuliah lapangan, pengamatan, dan ambil data. Dateng ke rumah tetehnya cuma wacana enam bulan. Bandel banget ya?

    Anak ini ngga mau kebal sakit hati. Anak ini masih mau ngerasain sakit hati buat alarm yang bisa menguatkan dia ga asik sendiri. Ga jamin sampe mati nanti, anak ini ga bakal mancing penyebab sakit hatinya lagi. Jadi, anak ini butuh diingatkan untuk selalu muraja'ah dan seterusnya. Boleh boleh kalau mau bantu.

    Long life hafizhah itu pekerjaan seumur hidup.
    Cita-cita? Iya. Pekerjaan yang harus jadi cita-cita.
    Keutamaan bagi hamba yang menjaga kalam-Nya.
    Long life hafizhah bukan bicara kuantitas (aja). Ada lah ya penekanan dalam long-life.

    Jadi, jadi hafizhah teh dari sekarang. Kamu itu hafizh/ah, penjaga apa yang kamu pegang. Kewajibannya ya setarakan sama yang udah hafizh/ah 30 juz. Ga enteng? Iya. Jalan baik lebih berarti ketika perjuangannya lebih terasa.

    Bahas apa ini? Keterjagaan sepanjang hidup.

    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim



    Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia membutuhkan sebuah penghargaan, dihargai. Kasarnya, sikap menghargai ini merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap keberadaannya di muka bumi, lebih khusus lagi sebagai orang yang ada di sekitarmu. Terlepas dari judgement "kok pengen banget sih diakuin, songong" ke siapapun, bukan ya geng. Ini perihal muamalah.

    Etika dalam Keluarga
    Dalam sebuah keluarga, kita ketahui ada kepala keluarga, ibu, kakak, adik, mungkin juga paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Setiap kedudukan memiliki peranan masing-masing dalam rangka menjaga keutuhan fungsi sebuah keluarga, sadar tidak sadar. Atmosfer yang dapat dijaga oleh setiap pemeran adalah lancarnya komunikasi. Ayah bicara, semua mendengar. Anak bicara, yang lain merespon, dan seterusnya. Terlepas dari hal-hal tidak menyenangkan dalam cara yang lain merespon, setidaknya respon ini merupakan sebuah bentuk 'pengakuan' bahwa sang pembicara ini ada dalam lingkaran kita. Betulkah?

    Tidak semua orang senang bercerita, berbicara, namun ada satu dan lain hal yang harus dijaga setidaknya untuk menunjukkan sikap kita menghargai posisi orang di sekitar kita. Hmm bagaimana memperjelas ini ya.

    Keluarga ini, hanya contoh kecil dan menggambarkan bahwa sikap menghargai se'seumur hidup' itu untuk dijaga. Bangun dan tidur kita tidak jauh dari peranan sebuah keluarga. Entah keluarga kandung maupun orang lainnya. Tidak salah 'kan, menganggap orang yang tidak sedarah itu keluarga?

    Apalagi, setiap muslim adalah saudara bagi yang lainnnya.

    Struktur
    Sebagaimana halnya keluarga yang memiliki struktur masing-masing, ada bentuk-bentuk keluarga lain di luar sana; organisasi, kelas, kantor, lembaga, komunitas, dan lainnya. Sekonsep dengan keluarga? Ya, untuk beberapa hal. Perihal kepentingan untuk menghargai, ya tentu. Ada sebuah alur koordinasi dan pengawasan baik kasat mata maupun tidak, baik tertulis maupun tidak. Bagaimanapun, alur itu ada. Sebagai seorang manusia yang tergabung dalam sebuah 'organisasi' kehidupan, ada peran untuk mewujudkan sikap menghargai anggota lainnya.

    Terlepas dari adanya struktur atau tidak, rasanya tidak salah jika seseorang bertanya padaku mengapa begini mengapa begitu bagaimana kabarmu apa yang terjadi akhir-akhir ini dan seterusnya. Mungkin untuk beberapa kasus aku terdistraksi, merasa diintervensi, namun rasanya tidak apa. Langkah selanjutnya yang bisa kuambil adalah memberi sebuah respon yang lugas, mana batasan jawaban yang bisa ia dengar dan mana yang tidak. Ketika jawaban yang bisa ia dengar tidak ada sama sekali, dan aku berhasil mengungkapkan ketidakmampuanku untuk mengatakannya, ada peran lawan bicara yang bisa diwujudkan; menghargai jawaban 'tidak' tadi.
    Hehe komanya banyak banget ya.

    Ungkapan jawaban "maaf saya tidak bisa menyampaikannya" bisa beragam, bergantung pada kemampuan lawan bicara untuk memahaminya. Hendaknya disesuaikan sih.
    Perwujudan sikap 'menghargai' ini hendaknya tidak hanya searah. Pertanyaannya padaku merupakan bentuk penghargaan, pengakuan bahwa aku masih ada di lingkarannya. Jawaban sesederhana apapun merupakan bentuk penghargaan, pengakuan bahwa ada yang peduli dan bertanya padaku, terimakasih.
    Jawaban yang menggantung sama sekali tidak menyenangkan wkwk. Maaf untuk semua anggota keluarga kehidupan yang merasa pernah 'tergantungkan'. Boleh kontak lagi kalau-kalau aku skip. Hampura inimah.

    Semangat menghargai!
    Semoga kita selalu bisa belajar menghargai dengan cara yang sebaik-baiknya :)
    Continue Reading
    bismillahirrahmaanirrahiim




    Permasalahannya, manusia sering menganggap, hidupnya begitu panjang sehingga sibuk memikirkan apa-apa yang hendak mereka lakukan. Padahal, di hadapan sejarah, berapasebenarnya nilai riwayat hidup kita?
    -Muhammad kepada Elyas, tetralogi Muhammad oleh Tasaro GK.

    Hal semacam ini sangat terasa akhir-akhir ini. He engga deng. Sudah sejak lama aku dibingungkan atas sesuatu semacam manajemen komitmen diri. Perihal memposisikan diri, dimana semestinya aku berada di suatu waktu, dengan niat apa aku berbuat kala itu.

    Huruf yang teruntai di atas sebetulnya ada sejak berbulan lalu. Lebih dari setahun, bisa jadi. Iya ini adalah sebuah draf pada mulanya. Sepertinya akan kulanjutkan.

    Kita semua sama-sama tidak mengetahui sampai kapan umur kita dicukupkan. Kita semua sama-sama tidak mengetahui bagaimana kondisi kita kala itu.
    Bukan tuntutan bagi seorang yang menginjak usia duapuluhan untuk lebih banyak berpikir tentang hidup dan matinya. Ini sesungguhnya merupakan sebuah kebutuhan yang hendaknya dirasakan semua hamba, hamba dari Dzat Yang jiwa Shaffa berada di tangan-Nya.

    Hanya Allah Yang Mengetahui kapan detak jantung ini berhenti. Waswas? Harus. Ini bukan waswasah yang bisikan setan ya tentunya. Waspada. Kalau tau kepastian hanya Allah yang tau, wajar untuk khawatir? Wajar. Sebuah kewajaran ini, sewajarnya memunculkan sebuah langkah baru dimana "aku harus menjadi hamba yang sebaik-baiknya" menjadi dasar bergerak.

    Indah pada akhirnya merupakan sebuah kewajiban dan cita-cita setiap muslim. "Gapapa yang dinilai kan proses" ini nyatanya tidak berlaku dalam konsep kematian. Sebentar, mari kita perjelas.
    Proses hidup yang baik bahkan dari saat dimana ia lahir tidak akan terhitung baik ketika diakhiri dengan sebuah amal syirik. Iya tidak?
    Proses hidup yang bergelimang kemaksiatan ketika diakhiri dengan taubat yang sesungguhnya, Allah menerima. Iya tidak?

    Ketukan untuk setiap orang yang terketuk (?). Kepada diri yang menyadari bahwa akhir hidup kita harus secantik mungkin, bersemangatlah. Sesungguhnya tantangannya di sini adalah kita tidak mengetahui kapan ujung kehidupan ini tiba. Maka "yang penting akhirnya baik biarin aja prosesnya" ini menjadi tidak berlaku. Setiap proses hidup yang kita lalui bisa saja menjadi penghujung kehidupan. Maka secara logika pun semua orang mengerti, bahwa setiap proses harus dilalui dengan sebaik-baiknya.

    Aku tidak tau kapan catatan amalku ditutup, maka melazimkan istighfar menjadi hal yang amat berarti ketika kamu mengingatkanku.
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahim



    Tiap-tiap dari diri kita pastilah ada keinginan untuk selalu bisa menjadi makin baik dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Tiap-tiap dari diri kita pun masing-masing memiliki cara untuk mengevaluasi diri. Salah satu yang bisa kulakukan adalah dengan bertanya, apakah kurangku, kawan?
    Aku senang bertanya. Namun di kali lain ketika mendapati orang lain bertanya padaku, aku mendapati hal lain.

    Shaffa kepada Gita, 13 Oktober 2017. Jatinangor, dalam deru hujan.

    Aku ingin mengutarakan sesuatu. Tentangku, dan kamu mungkin?
    Mengenai saat jika dirimu bertanya "Apa kekuranganku?". Aku mungkin akan sulit menjawabnya. Aku hanya akan menjawab dengan hal-hal yang secara logika dan syariat perlu diingatkan dan sebetulnya hal itu biasanya lebih bersifat naik turun. Iman kita memang naik turun, bukan? Ya biar aku ingatkan saat sedang turun juga jika aku memang sedang ingat pula.
    Aku telah menerimamu apa adanya.
    Aku telah menerimamu apa adanya hingga pertanyaan "Apa kekuranganku?" itu tidak bisa dan tidak perlu untuk dijawab.

    Aku tidak bisa menjawab pertanyaan semacam itu namun tetap bertanya pula kepada orang-orang apa kurangku wkwk kontradiktif.
    Ya tidak semua merasakan apa yang aku rasakan dan tidak semua bertindak sama dengan apa yang aku lakukan.
    Jadi begitulah, Git. Ingatkan saja kawanmu ini hehee

    -

    Kemudian aku mendapati yang menarik hati di results > analyze bit.ly/shaffabutuhdiingatkan :")
    Mengapa? Isinya sewujud serupa dengan isi obrolan Shaffa-Gita sore itu.

    Bertanya apa lebihku apa kurangku?
    Hal yang perlu diubah adalah hal yang pada dasarnya hatimu berkata 'tidak' untuk itu. Lagi-lagi, istafti qalbak.
    Di sisi lainnya, sometimes, kebaikan not meant to be mentioned hwehe :)

    -

    Obrolan 20 Oktober 2017. Bandung, bukan di dunia nyata.

    M: Bisakah kamu menentukan apakah seseorang taat beragama dilihat dari sifatnya?
    S: Korelasi taat agama memang ada ke sikap. Tapi sikap yang sudah melekat akhirnya jadi pembawaan sifat.
    M: Berarti taat agama bisa merubah sikap.
    S: Bisa sikap bisa sifat malah. Sifat kan berkaitan erat dengan akhlak iya ngga?

    Apakah relasi antara ketaatan seseorang dengan sifat?
    Ada banyak cara untuk mengeksekusi diri, mengevaluasi diri, bergantung pada bagaimana pesan itu bisa sampai ke dalam diri dan hati yang paling dalam.
    Ada banyak cara, jangan sampai tidak punya hehe. Bahkan menyendiri, merenung, menghakimi diri sama sekali tak ada salahnya. Asal pada akhirnya menemukan sesuatu yang bisa membaikkan diri, dan bukan berujung pada kekalutan. Allah Maha Pengampun dan Pemaaf.
    Intinya, harus punya cara.
    Semangat.
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim.






    Suatu perbicangan di senja hari kemarin.
    "Kalau di rumahnya Pak ____, itu mah ya Teh, ____ yang kaka kelas Teteh, pekerjaan rumah tuh dibagi-bagi. Kan berbelasan anaknya, jadi kalau Umminya sibuk, ga capek pekerjaan rumah." cerita Ummi semangat.
    "Hehe." ini jelas siapa.
    "Berarti kita anaknya kurang banyak, Mi." ini Abah Fathya yang ngomong.
    "Ayo Mi, kita bagi tugas ajaa Fathya suka bingung soalnya." ujar saya.

    Jadi ini adalah sesi Ummi curhat berbagi cerita, tentang keteladanan sebetulnya. Bahasan dimulai dengan problema di sekolah. Anak-anak sekarang entah kenapa banyak banget yang jadi tukang-korban bully. Temennya sendiri dijauhin, dipalak, bahkan Faris pun pernah dipalak *sedih*. Ya walaupun dulu waktu SD juga aku anaknya preman yang bertaubat di akhir, tapi rasanya ngga separah cerita-cerita temen-temen Ummi tentang anak-anak di sekolah.

    Ini masih sekedar opini, ya. Aku belum terlalu banyak baca.
    Jadi sepertinya problema mendasar di Indonesia terletak pada pendidikan. Pendidikan menjadikan seseorang terdidik 'kan? Pendidikan ini sedemikian banyak aspeknya. Pendidikan agama, aqidah, hati, moral, dan masih banyak lagi yang perlu seseorang miliki untuk bisa menjalani peran di bumi Allah ini. Yang namanya seseorang yang terdidik hati dan pikirannya, mestilah tidak akan menyimpang(-menyimpang amat). Mungkin sesekali langkahnya terhambat, miring sedikit, nanjak nurun kebelok dikit tapi kalau terdidik insyaaAllah akan kembali.

    Pendidikan oleh orang tua, atau orang-orang yang ada di rumah, jadi underlined point sore itu.

    "Gini, Bah. Kalau kata temen Ummi tentang keteladanan, 'kan orang tua punya peran seutuhnya untuk memberi keteladanan pada anak. Orang tua baik yang berusaha memberi teladan baik, biidznillah anaknya juga baik. Nah, kalau anaknya banyak, katanya efektif kalau penurunan nilai ini dimaksimalkan, dihabiskan, diturunkan setotal mungkin ke anak sulung. Terutama di keluarga dengan anak banyak, kakak tertua itu sungguh jadi figur buat adik-adiknya. Kakaknya baik, adiknya juga baik kalau keteladanannya jalan. Jadi untuk tanggung jawab keteladanan ini bisa dibagi gitu, Bah." ujar Ummi pada Abah semangat.
    "Hehe."
    "Jadi ya di sini Teteh lah ya sebagai kakak tertua, sama Aa Shad kakak laki-laki tertua, gimana?"
    "Hehe."

    Alhasil saya bertanya kabar kawan-kawan yang seposisi. Juga kawan sesama anak sulung, kakak tertua. Atau anak laki-laki tertua? Anak perempuan tertua? Apa kabar kalian? Bagaimana perkembangan? Bagaimana respon kalian jika berada dalam obrolan ini? Apakah "Hehe." juga? Sungguh itu jawaban yang menyedihkan polos..

    Nyatanya Ummi dan Abah tidak mempermasalahkan jawaban verbal kok wkwk. Ini tentang aksi, yang sejak SD sudah dimulai. Hanya pengingat, "Kalau Teteh aneh-aneh hati-hati loh".

    Keesokan harinya,
    pembagian tugas ternyata dimulai wkw tugas negara ini semakin nyata dan dinyatakan.

    Ga deng udah dimulai sejak lama. Cuma abis deklarasi jadi semangat aja hehehe.

    Anak ini baru total masak sejak KKN aja wkwk alhamdulillah setelahnya tenggelam dengan proyek ekologi. Mungkin setelah ini karir KKN bisa dirintis kembali.

    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim.


    Kali ini tentang al-Hujurat, surah yang berarti kamar-kamar. Kalau yang aku lihat, surah ini membahas beberapa bagian seperti kamar-kamar hehe. 
    Surah ini mengandung berbagai hakikat akidah dan syariah. Banyak sekali. Khususan untuk 49:10 ini bahasannya berkaitan dengan etika psikologis menyangkut perasaan sebagian orang terhadap sebagian yang lain.

    Ini serial Ayat Favoritmu Edisi #2. 
    Tentang menyelesaikan perselisihan antara Kaum Mukminin.
    Ayat yang turun sebelumnya adalah mengenai datangnya golongan fasik; jika ada berita yang datang hendaknya pastikanlah kebenarannya (tabayyun). Perselisihan salah satunya turun dari fenomena-fenomena semacam kabar tidak benar yang tersebar. 

    Pilarnya adalah ketakwaan dan harapan akan rahmat. Apa yang diteguhkan olehnya? Kebenaran, keadilan, dan perdamaian. 
    Kedamaian merupakan sesuatu yang diwajibkan pada seluruh Kaum Mukmin, baik yang bertikai maupun yang tidak. Keterlibatan pihak yang bertikai tentu untuk menghakimi pihak aniaya dan dzalim. Pihak tersebut mesti di'perangi' hingga semua kembali pada perkara Allah.
    Ingat, ini 'perangi' bukan perangi, 'memerangi' pihak yang lari dari perkara Allah. Tujuannya bukan untuk menghancurkan, namun mengembalikan pihak terselisih ke dalam barisan. 

    Apakah perkara Allah yang dimaksud?
    Menghentikan permusuhan antara Kaum Mukmin dan menerima hukum Allah dalam penyelesaiannya. Ketika seluruh pihak ada dalam perkara Allah, maka kebenaran, keadilan, dan perdamaian telah berhasil diteguhkan. Perkara Allah terjaga oleh siapapun yang memegang teguh pilar ketakwaan dan harapan akan rahmat-Nya.
    Implikasi dari persaudaraan antara orang-orang mukmin adalah rasa cinta, perdamaian, kerjasama, dan persatuan. Poin-poin ini merupakan landasan utama untuk membangun masyarakat muslim, dan tentu masyarakat madani ya. 
    Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.QS. al-Hujurat; 10
    Maka damaikanlah saudara-saudaramu karena sejatinya kita menjadi satu bagian dari sebuah bangunan besar.

    Bahasannya singkat karena memang masih terbatas di ayat 10 dulu hehe. Salah satu ayat favorit dari sekian banyak list milik brader Kepala Keluarga Mahasiswa Islam ITB 2018.

    Takapa nyicil ya better sedikit-sedikit. Sebetulnya serial Ayat Favoritmu ini alternatif untuk saya yang kalau baca tafsir bawaannya ngantuk :( kalau kita tau ini favorit saudara kita setidaknya mungkin bisa kita telaah mengapa ayat ini mendalam bagi mereka mereka hehe bismillah.
    Akan menjadi bonus ketika melihat saudara kita saja kita sudah teringat pada-Nya.
    "Ada orang yang hanya dengan melihatnya, itu cukup membuatmu ingat kepada Allah, bicaranya cukup menambah amalmu dan amalnya cukup membuatmu rindu akhirat."
    KH. Rahmat Abdullah
    Kemudian tergerak untuk memohon maaf kepada semua pihak yang pernah merasa tidak berdamai dengan saya ._. Maafkan ya.

    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim



    trying to be productive seengganya di kata-kata. akhir-akhir ini semakin banyak pihak yang menekan eh mendorong saya untuk lebih mengeluarkan isi pikiran. atau mungkin, lebih berbagi?

    saya ini senang menulis ya walaupun serandom itu. kurang percaya diri untuk ngeshare tapi senang kalau dibaca (?) nah terus maunya apa wkwk.

    yasudahlah mangga ini sudah tersaji. aslinya ini #1 di 2018.

    ---

    Dedicated to kawanku yang kita bahkan ketemu sekali doang satu semester kemarin dan itu agenda yang amat singkat di Villa Kayu Organik, mana ada ngobrol panjang. Padahal kita satu kota wk sedih. Penting kawan untuk selalu bertanya kabar, menyambungkan tali silaturrahmi ya setidaknya insyaaAllah umur dipanjangkan Rabb kita, walaupun belum tau apa yang akan jadi bahasan ketika bertemu.

    ---

    Ada banyak sekali alasan untuk kita mengembangkan diri, sebagai pribadi, sebagai anak, sebagai teman, dan lainnya. Sebenarnya yang menjadi poin utama adalah sebagai seorang muslim. Yes or not?
    "Allah memandang hamba dari tingkat ketaqwaan"

    Untuk saat ini, sebagai seorang yang menginjak periode seperlima abad di bumi, fenomenanya adalah muncul banyak tuntutan terutama dari dalam diri, sudah melakukan apa? Sebagian orang mungkin sudah sedemikian mudahnya untuk menorehkan life map mereka, semua diatur sebagaimana ia kehendaki dan berdasarkan apa yang ia rasa merupakan kesempatan besar baginya (saya tidak mengatakan ini passion karena ya begitulah) (mungkin lain kali dibahas) (mungkin). Di sisi lain, tampak sebagiannya lagi merasa kebingungan, kesulitan menentukan sebetulnya apa yang saya kehendaki, atau mungkin belum terpikir untuk menentukan hal tersebut saat ini, "main dululah".

    Saya mengerucutkan bahasan ini mengenai sebagian yang bingung. Bingung karena apa? Banyak! Banyak sekali alasan yang mendasari kebingungan ini; aku belum tau cita-citaku apa, aku dilaarang kalo ini, orangtuaku ngarahinnya ke sini tapi aku kurang suka, dan banyak lagi dan bisa jadi bahkan penyebabnya juga masih bingung kenapa wkwk.
    "Kamu jangan suka kebanyakan bingung, Shaf". Ini adalah pesan yang sering sekali diutarakan kepada saya dan saat ini saya menggunakan banyak sekali kata 'bingung'. Maaf ya geng ngga kok aku ga bingung ._.
    Kebingungan-kebingungan ini secara otomatis menghambatmu berkembang jika terlalu lama, kawan. Ada satu masa dimana seorang kawan bingung ketika mempertemukan antara hati dan logika.

    Melogikakan perasaan.
    Logikamu mengatakan kalau kau harus fokus, kau harus sibuk setidaknya untuk akademik dan organisasi saja.
    Sangat mudah diucapkan. Realisasinya? Distracted. Perasaanmu mendorongmu untuk mengaitkannya dengan banyak hal dan beberapa di antaranya bersifat kontradiktif-antiproduktif-hayoloh yang mana yang mau kamu penuhi, begitulah kira-kira bunyinya. Agaknya perasaan dan logika akan harmonis ketika kadar pengaruh keduanya seimbang walaupun sesulit itu untuk mendapatkan rasio 50:50. Jadi baiknya kita tau dimana saat ketika salah satunya sedang dominan dan hei berhentilah mendominasiku.

    Memaksa diri menjadi metode yang paling ampuh. Menyibukkan diri lumayan ampuh. Berdiam diri dan pasrah bukan pilihan.
    Memaksa diri untuk meyakini aku harus fokus pada rencana dan tidak boleh terdistraksi. Perasaan ini harus dibawa, hanya saja konversi dulu sedikit. Ubah ini jadi sedikit kegelisahan, yaaAllah kesempatan ini tidak datang di lain waktu jadi fokuslah.
    Ini mestinya sangat mudah ketika yang perasaanmu kaitkan merupakan hal yang memang belum seurgen itu untuk dibawa kemana-mana dalam saku bajumu. Hai perasaan, ada saat dimana kamu sebaiknya mendukungku untuk fokus pada kegiatanku saat ini. Bukankah lebih menyenangkan bagimu untuk mendapat porsi lebih besar di saat luangku nanti dalam suksesku? (Ya walaupun setelah dirimu lulus tahap ini akan muncul yang lainnya hehe) (tapi ya nurut dulu gitu lho).

    "Perasaanku tidak enak ketika fokusku terpecah. Perasaanku tidak enak ketika ada yang terbawa ikut campur padahal dalam urusannya dia tidak membawaku."
    Ini yang harus dilatih. Ada saat dimana pihak satunya benar-benar menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam setiap keputusan. Tapi ya ada saatnya, mungkin ngga sekarang. Saat itu dimana pihak satunya pun bisa melibatkan kita dalam setiap keputusannya. Saatnya kapan ya mangga sang pemilik urusan lebih tau.

    Bagaimana melatihnya? Sederhana saya dimulai dari kalimat. Semesta mendukungmu ketika kamu mengulang suatu hal sesering mungkin hingga molekul sekitar dapat mendengarmu dan berkata ya. Inilah mengapa saya agak sensitif dengan kata bermuatan negatif heheh. Sengaruh itu.
    Kurangi kugabisa-nya. Sekalipun dirimu merasakan hal yang berlawanan, ungkapkan sebagaimana kamu ingin semesta mengamininya.
    Kemudian berdoalah sebanyak-banyaknya. Allah Maha Pemilik Hati. Ingat untuk melalui jalan tersingkat yang dapat dilalui untuk sampai ke Sang Pengabul Doa. Lewat mana? Katanya sepertiga malam.
    Step selanjutnya? Kalem ya belum nemu euy.

    Semangat buat dirimu yang sudah berkembang sejauh ini. Salut deh. Semoga selalu dimudahkan dan dilindungi Allah yaa aaamiin.

    Wait.
    Memangnya perasaan yang mana sih ini yang dimaksud? WKWK #antiklimaks
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim


    Akhir-akhir ini jika saya membaca buku, entah mengapa agak kurang enak jika tidak sembari ditulis. Kemudian, setelah saya beres menuliskannya dalam sebuah buku CHA entah mengapa saya ingin mengetikkannya hehe.
    Ini proyek sih sebetulnya. Jadi semestinya setelah ini ada edisi selanjutnya. Untuk kali ini, saya review catatan saya yang merupakan review sedikit pembacaan saya dari Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Sayyid Quthb) bagian surah al-Fath *hore*. Kenapa al-Fath? Ini adalah ayat yang saya golongkan sebagai ayat favorit, dan juga ayat favoritnya Najmi Kertasafari~ Salah satu personil keluarga Tong Fang (?)

    Ayat Favoritmuu Edisi #1

    Surah ini diturunkan di Madinah pada tahun 6H, setelah Perjanjian Hudaibiyah. Bahasan utamanya adalah mengenai perdamaian dan aneka kekeliruannya.

    Sepertinya cerita dimulai.
    Suasana masa itu adalah dihalang-halanginya Kaum Muslimin untuk beribadah. Tiba suatu ketika Kaum Muslimin hendak umrah, sepasukan Kaum Muslimin berangkat membawa perangkat berumrah, hewan qurban, tanpa niat berperang sedikitpun. Akan tetapi, kaum kafir Quraisy menolak mentah-mentah. Namun Kaum Muslimin telah berangkat melalui jalur yang bebas hadangan kaum kafir Quraisy dan tiba di pertengahan perjalanan untuk beristirahat. Kabar penolakan kehadiran Kaum Muslimin ke Makkah memunculkan pro-kontra dari berbagai pihak, akhirnya terjadilah pergiliran pengiriman utusan. Kaum Muslimin tentu mempertahankan kemauan untuk berumrah, dan kaum kafir Quraisy berusaha menggagalkan rencana tersebut.

    (ini kaum kafir Quraisy benar-benar merasa mereka akan "kalah" jika sampai Rasulullah dan Kaum Muslimin dapat beribadah dengan tenang di Makkah) (yeu)

    Dari kaum kafir Quraisy ada Mikraz yang penuh tipu daya, al-Hulais yang luluh ketika melihat hewan qurban, Urwah bin Mas'ud yang lancang hendak meraih janggut Rasulullah namun akhirnya takjub karena melihat betapa para shahabat memperlakukan Rasul bak raja, bahkan lebih baik dari perlakuan terbaik yang dilakukan kepada raja-raja Arab selama ini ia lihat.
    Dari pihak Kaum Muslimin, ada Khurasy bin Umayyah al-Khuza'i yang membawa unta Rasul kemudian unta tersebut malah dipotong sama Quraisy :( dan Utsman bin Affan. Kala itu, Utsman bin Affan dikabarkan wafat padahal nyatanya tidak. Menindaklanjuti isu tersebut, diadakan Baiatur Ridwan yang kita ketahui dilaksanakan di bawah sebuah pohon. Apakah isinya? Janji setia dan kesaksian bahwa Kaum Muslimin tidak akan melarikan diri.

    Tiba suatu saat dimana Suhail bin Amr yang menjadi utusan. Dialog Rasulullah dengan Suhail membuahkan sebuah Perjanjian Hudaibiyah. Jika dibaca sekilas, isinya cenderung menguntungkan kaum kafir Quraisy. Agaknya Kaum Muslimin gereget, mana bisa ini?
    "Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku takkan pernah menyalahi perintah-Nya, dan Dia takkan pernah menelantarkan aku".
    Akhirnya kelapangan hati mengikhlaskan keberangkatan ke Baitullah yang tertunda hingga tahun depan. Kesedihan mendalam hinggap. Setelah bercukur-memotong rambut dan berqurban, mereka kembali ke Madinah.

    Di perjalanan tepatnya di Kura' al-Ghamim, turun surah al-Fath.

    "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang"

    "Apakah perdamaian yang tadi itu suatu kemenangan yaa Rasulullah?"
    "Demi Dzat Yang menguasai diriku, itu adalah suatu kemenangan."
    (demi Dzat Yang Jiwa Shaffa ada di tangan-Nya, ini indah 'kan :"))
    Telah turun sebuah surah yang lebih Rasulullah sukai daripada dunia dan seisinya! (sabda Rasul)
    Tentramlah hati seluruh Kaum Muslimin, menanti. Akidah para shahabat tidak perlu lagi dorongan yang keras untuk menerima panggilan jihad. Keimanan di sini memerlukan orang yang menurunkan tensinya, menjaga ketajamannya, dan memegang kendalinya agar tenang dan damai. Inilah sebuah keteladanan yang amat tinggi, dimana kita saat ini, masih amat mudah terusik ketenangannya dengan hal kecil yang tidak seberapa. Amat mudah terpancing emosinya dengan hal yang butuh sepercik saja kesabaran maka ia akan tuntas.

    Keimanan akan naik-turun kiranya dirimu paham penting untuk mengasahnya.
    Kisah keteladanan tersebar sedemikian banyaknya menunggu dirimu membaca dan menceritakannya kembali pada saudara-saudaramu.

    Allah telah memberimu kemenangan yang nyata, memiliki kuasa atas ketentraman hatimu. Maka, masih pantaskan kita untuk bermalas?

    #selfreminder :(

    Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Surah ash-Shaffaat 102-al-Hujuraat) jilid 10. Gema Insani, Jakarta.
    Continue Reading
    bismillaahirrahmaanirrahiim

    Ceritanya, 3 Januari adalah tanggal Memoar Salam UI. Penasaran karena testimoni kakak-kakak yang bilang Memoar keren, rame, dst. Melempar isu ke teman-teman BPH, Uti bisa ikut. Jadilah sepertinya saya juga harus ikut. Setelah mengabari Kamilah Dwi padahal belum izin, saya jadi ada tanggungan untuk menidakwacanakan hal tersebut. Malam itu saya chat dengan seorang Syifa Fauziyah. Saya melempar isu "kayanya besok mau ke UI" tapi "aku belum izin masa padahal udah malem wkwk". "tapi sip kalo gajadi aku diketawain Kamilah nantinya gara-gara wacana :(". Berhubung abah ummi sudah tidur, jadi saya ikutan tidur dengan ketidakpastian agenda esok hari.

    Alhamdulillah keesokannya saya berhasil berangkat walaupun telat hadirnya hehe. Syifa Fauziyah ngga ikut karena ada agenda. Setelah dimarahi bapak bikun, saya meraih Auditorium Gedung IX dan terkesan. Ramai, salut deh yang hadir benar-benar lebih dari 120 orang (karena kupon makan siang diberikan untuk 120 orang pertama) (saya ga dapet) (hiks) (wkwk gapapa). Perwakilan LDF, pihak dosen, dan tentunya personil Salam terlihat antusias. Pelantikan para ketua di hari ini dikemas sedemikian rupa, rapi, berjas jadi hawanya formal. Teringat waktu itu pelantikan kepala Gamais ITB yang ada malah pakenya ponco wkwk ga deng gapapa dramatis ujan-ujanan. Barakallah wa innalillah untuk semua pihak yang ditopangkan amanah baru-baru ini. Semoga dilapangkan hati, difasihkan lisan, dan diteguhkan pundakmu saudara-saudari.

    Selama rangkaian acara, saya bertemu banyak rekan IAIC dan asipa heheh. Saya menjadi pengamat mereka yang masing-masing asik dengan urusannya (ga kok ga dikacang), mendapati bahwa adanya berbagai hal yang dapat kita urus merupakan sebuah kenikmatan; terhindar dari kesia-siaan waktu dan tenaga, dituntut untuk mampu memanajemen waktu sedemikian rupa, manajemen emosi karena berhadapan dengan banyak pihak, bagaimana memposisikan diri supaya hal-hal tersebut benar-benar terselesaikan dengan sebaik mungkin. Mau tak mau alokasi waktu akan berbau produktif. Alhamdulillah lagi ketika niat sedari awal memang untuk berjuang di jalan-Nya.

    Seusai acara, saya lebih banyak duduk mengobrol dengan Uti, rekan. Setelah beberapa saat, terlihat Naufal Wirasyawal berjalan bersama kawan-kawannya, menyapa dan berkata-kata sedikit kemudian berlalu. Kamilah Dwi tampak telah usai bertugas, kemudian nyamperin,
    "Lah Neto katanya mau foto gimana sih malah pergi" ahah kemudian kami memutuskan untuk pergi ke kosan Kamilah saja karena hape kami berdua sama-sama mati. Setelah melepas Uti, kami menyusuri jalan hingga satu saat terpaku melihat ada yang melambaikan tangan dari atas Go-Jek.
    "Kam berhenti! Itu Firda ga sih?!" Kamilah mengerjap. Rabunnya nyengir.
    "ASTAGHFIRULLAH! IYA YA KITA KAN SURUH DIA KE GEDUNG IX!"
    Ini lucu. Allah Maha Besar mempertemukan kami di tengah jalan. Jika tidak, Firda Inten ini akan bengong bete di Auditorium FIB yang sudah bubaran wkwk. Kami sholat, melanjutkan berjalan, dan bertemu dengan mas-mas tukang foto, Giffari Arsyad.


    Yeey hehehe.
    Perjalanan kami berhenti di Nasgor Pocin. Beberapa saat kemudian datang seorang Hafiz Rizaldi.

    Seiring waktu entah siapa yang memulai, bahasan kami terkerucutkan ke dalam bahasan mengenai LDK, mentoring, karakter massa kampus masing-masing, bagaimana kulturnya, dan banyak lagi. Agak takjub, alhamdulillah sekali sekali perjalanan saya bisa bertemu dengan kader JS UGM, Salam UI beserta LDF-LDFnya, dan JMMI ITS. Tidak perlu menunggu ada studi banding, Safari LDK, dan kegiatan sejenis untuk mendapatkan muatan materi serupa. Sebenarnya inilah, hal yang mestinya bisa kita lakukan untuk lebih produktif sebagai alumni IAIC yang katanya senang main. Ada banyak bahasan strategis yang bisa dibicarakan, bersama kawan-kawan yang diakui banyak pihak terbilang luar biasa. Ada banyak bahasan sederhana, yang ketika dibicarakan dengan mereka menjadi sedemikian berarti dan bermanfaat. Ada banyak ilmu, yang terlalu asik dibicarakan hanya dengan rekan kerja masing-masing di kampusnya padahal kawan lamamu ini sangat senang bisa mendengarmu berbagiii :))
    Lama berselang Nahla Nurusshafa datang. Kata teman-teman lainnya "ganti lah topiknya wkwk" dan bahasan kami lebih beralur ke corak ekonomi rabbani (?). Ga sih sebetulnya banyak sekali suara ilmu sosial yang saya kurang bisa ngikutin wkwk yagimana ya :( Terlepas dari semua itu saya senang menyimak, menimpali sebisanya, dan yang saya tau ini merupakan sesi sharing yang luar biasa.

    "Kalian ga pada inget apa? Pak Oji kan bilang, semakin tinggi ilmunya, yang tumbuh adalah kebijaksanaan. Kenapa S1 itu disebut Sarjana ini itu, S2 ini itu, sedangkan gelar untuk S3 semua rata PhD.? Ya itu karena semakin tingginya ilmu filosofis yang didapat." ujar Nahla semangat.
    Banyak sekali bahasan sore itu, saking banyaknya jadi masing-masing topiknya belum tuntas.


    Hanya berharap kebijaksanaan ini bisa terakselerasi dengan baik saat mendengar kalian berbicara. Hanya berharap ruh ini semakin semangat berjihad saat melihat kalian berjaya di atas kemalasan. Hanya berharap kalian mencariku di surga dengan hujjah pernah bercengkrama dalam hal kebaikan karena-Nya.

    Maaf saya masih kebiasaan menclok-menclok kalo nulis. Jadi kadang butuh perjuangan lebih untuk dimengerti wkwk maaf ya masih belajaar.

    Oiya, tunggu lemparan isu dari Hafist Mulya Ichsandaru sang bapak ketua LDF tentang MUNAS DA'WI ASTONICDR.

    Hatur nuhun, Depok!
    (saya berhasil pulang setelah perjalanan 7 hampir 8 jam)
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    fathya
    << biology-art >>

    bit.ly/shaffabutuhdiingatkan

    Read More

    Follow

    • G+
    • tumblr
    • facebook
    • twitter
    • pinterest
    • instagram

    Labels

    #olimpiadetaqwa abiotik alampikir bandung biotik Indonesia kawan keluarga lingkaran masyarakat pakulahan serpong subang tugas tki

    recent posts

    Blog Archive

    • Mei 2020 (1)
    • Oktober 2019 (2)
    • September 2019 (1)
    • Mei 2019 (2)
    • Maret 2019 (3)
    • Februari 2019 (1)
    • Januari 2019 (5)
    • Desember 2018 (1)
    • November 2018 (1)
    • Oktober 2018 (1)
    • September 2018 (2)
    • Agustus 2018 (2)
    • Juni 2018 (8)
    • Mei 2018 (7)
    • April 2018 (3)
    • Januari 2018 (9)
    • September 2017 (3)
    • Agustus 2017 (2)
    • Juni 2017 (1)
    • Februari 2017 (1)
    • April 2016 (3)
    • Maret 2016 (1)
    • November 2014 (2)
    • Oktober 2014 (7)
    • Juli 2014 (2)
    • Juni 2014 (2)

    Cari Blog Ini

    facebook Twitter instagram google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top