Pages

  • Home
  • About
tumblr linkedin

things.

    • Home
    • Gallery
    • About


    bismillaahirrahmaanirrahiim 

    Aku menemukan kembali buku favoritku di masa kecil, salah satu di antara banyaknya. Sebagian besar lainnya tentang cerita nabi atau sahabat, hikayat, dan cerita rakyat. Adapun dua jilid buku krem hardcover ini menghadirkan sudut pandang lain. Sesekali aku terbang, di kali lain aku berjalan, meringkik, berenang. Membaca ulang buku ini membawaku ke cerita favorit baru yang menggerakkan untuk membuka (kembali) (padahal sebelumnya juga paling musiman hiks) Tafsir Ibnu Katsir. 

    Mungkin ini sekadar menceritakan ulang. Resume? 

    Banyak manusia mengenalku, kami, dengan modifikasi nama yang bahkan kami tidak satu ordo dengan mereka. Mereka semut, kemudian katanya kami adalah semut putih. Kami sama-sama kecil namun hei sepertinya tidak semirip itu. Manusia terkadang suka sok tahu dan malas mencari. Walau aku tahu, penamaan seperti itu adalah proses belajarnya manusia juga. 

    Aku selalu suka bagaimana mengkhayalkan omongan-omongan yang diungkapkan binatang dan tanaman, terutama yang hidup berdampingan dengan para nabi dan rasul. Adapun untuk yang hidup di masa kini, duh, sepertinya aku akan selalu dilanda rasa bersalah dan tak tega mengingat pasti mereka tidak akan berhenti mengungkapkan kedzaliman manusia terhadap alam, meringis, menangis, atau bahkan diam saja saking lelahnya dan saking tahu bahwa manusia sedemikian abai sehingga dirasa tak guna untuk bicara. Satu hal yang aku tahu, mereka selalu punya cara tasbih yang unik di setiap milisekonnya.

    Bicara tentang manusia dan kesoktahuannya tadi, beberapa kali kujumpai manusia bergantung pada kabar dan bisikan gaib. Berbekal sajian aneh yang dipersembahkan pada kuburan, di bawah pohon, atau dimanapun itu, manusia kemudian merasa mampu membaca apa yang akan terjadi ke depannya setelah mendapat ilham, katanya. Beberapa bahkan meminjam kekuatan gaib sampai menuhankan, na'udzubillahi min dzalik. Padahal disebut ilham pun rasanya tidak pantas. Seandainya aku bisa menulis aksara, mungkin aku sudah menuliskan definisi ilham lebih dulu dibanding manusia. Menarik sepertinya, rayap menjadi penulis Kamus Besar Bahasa (Indonesia?).

    Manusia sudah keranjingan dengan kabar-kabar yang berbau gaib dan mistik. Seringkali lupa, bahwa Allaah Subhanahuwata'ala lebih mengetahui sedangkan hamba-Nya tidak mengetahui. Allaah telah memberikan petunjuk dan peringatan akan hal ini. Hanya saja manusia seringkali lupa dan tidak menyadarinya. Kebesaran Allaah telah menghadirkan aku menjadi salah satu tokoh cerita pembuktian bahwa jin bahkan tidak lebih mengetahui perkara gaib dibanding manusia, dibanding hewan; yang teramat kecil dan sering terinjak.

    Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dengan segala kemuliaannya, aku tahu bahwa beliau mampu mengerti bahasa kami, mampu mengendalikan angin, dan mempekerjakan para jin dalam melaksanakan banyak hal, salah satunya mengurus istana beliau yang megah. Suatu ketika, dengan izin Allaah aku tersesat ke dalam bilik ibadah Nabi. Jin berlalu lalang sibuk bekerja. Nabi sedang beribadah, aku melihat beliau bertopang pada tongkatnya tak bergerak. Tampak terbenam sedemikian dalam ke dalam ibadahnya, pikirku. Aku turut berdzikir kepada Allaah. 

    Sekian lama, rasanya aku perlu keluar dari sana. Laparnya. Aku bertanya pada Sang Nabi namun beliau tidak bergeming. Istana beliau sedemikian agungnya dan aku bisa terlanjur mati jika aku berkeliling dahulu. 

    Satu-satunya makanan yang kulihat hanyalah tongkat Sang Nabi. 
    Aku berbicara dengan suara yang mestinya beliau dengar. Kulihat Nabi masih tidak bergerak sedikitpun. Sedetik kemudian aku mendapat ilham bahwa sungguh, innalillahi wa inna ilaihi raaji'un, beliau telah wafat. Para jin masih sibuk dalam titah seakan Nabi Sulaiman as. masih mengawasi mereka. Tersingkap sudah, jin tidak mengetahui hal yang gaib. Adapun gumaman mereka terkait yang gaib bukanlah sesuatu yang bisa langsung dipercaya. Wallahua'lam.

    Aku tidak punya kekuatan lebih untuk memanggil jin memberitakan bahwa Sang Nabi, raja mereka telah wafat. Selain itu, aku sudah terlalu lapar. Kemuliaan Nabi ternyata masih menyediakan makanan bagi rakyat kecil seperti aku sekalipun beliau telah tiada. Allaah-lah yang menyusun skenario sedemikian indah ini. Kemudian dengan menyebut nama Allaah, aku mulai menyantap tongkat kayu kharub milik Nabi. 

    Setelah sekian hari, tongkat mulai goyah. Nabi Sulaiman kehilangan topangannya. Barulah jin menyadari bahwa Sang Nabi ‘alaihissalam telah tiada. Sebagian riwayat menceritakan bahwa aku dibiarkan menghabiskan tongkat tersebut untuk memperkirakan sudah berapa lama Nabi wafat. Sebagian lain menafsirkan bahwa aku tinggal selama setahun dan makan di dalam tongkat Nabi barulah kemudian goyah. Allaah Swt. Mahatahu atas segalanya. 

    Tak ada indikasi bahwa jin maupun manusia mengetahui perkara gaib. Jika sekian abad kemudian banyak manusia melakukan cocoklogi hal gaib dengan fenomena di sekitarnya, mungkin mereka luput membaca ceritaku?

    Apa kamu datang dari sekian abad setelahku?

    “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ : 14)


    Rujukan: 
    Bahjat, Ahmad. 1420. Qishashul Hayawan fil Qur'an Jilid 2. Jakarta: Gema Insani
    Quthb, Sayyid. 1412. Fii Zhilalil Qur'an. Jakarta: Gema Insani


    Continue Reading

    bismillaahirrahmaanirrahiim

    Ini nasihat yang amat gamblang dari Ustadz Hervi Firdaus hafidzahullaahuta’aala di Rabu sore kemarin. Alih-alih menyampaikan pembelajaran dari bab XVI al-Itqaan fii ‘Uluumil Qur’an, beliau memilih untuk menyampaikan nasihat terlebih dahulu.  
    ___________________________________

    Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa seiring berlalunya aman, semakin banyak orang membaca Alquran namun tak paham isinya. Tugas terbesar bagi orang-orang yang berusaha mengafal Alquran (para penghafal agaknya terlalu berat ya, tapi boleh sih jika sebagai doa) adalah meluruskan pola pikir dan memperbaiki tujuan.  Menghafal Alquran harus dengan tujuan tunuk memahami Alquran, memahami agama-Nya, memahami-Nya. Siapapun yang hannya meniatkan untuk sekadar menghafal, sungguh celaka katanya :( ini tentang niat kawan, dan selalu masih ada waktu memperbaiki jika detik ini masih diberi kesempatan untuk bernafas. Entah ke depannya lupa atau luput, semoga kita selalu bisa memperbaharui niat dengan baik.
    Ingat kaum Khawarij? Riwayat mengatakan bacaan Alquran kaum tersebut lebih baik dari para shahabat Rasulullaah. Namun kaum itu tak paham isinya.

    Ilmu menghafal Alquran hendaknya menjadi ilmu yang menjadi langkah pertama dalam memahami agama-Nya. Bukan ilmu terakhir sebagaimana kebanyakan kita menjadikannya sebagai goal. Bukan juga pertama dan terakhir -_- hiks

    Mari memperbarui niat agar bacaan ini memiliki ruh. Kadang yang terjadi adalah kita terhanyut dalam rasa, lupa akan nikmatnya memahami. Air mata yang turun karena merdunya bacaan itu sebenarnya muncul dari mana? Rasa dan nafs diri. Mungkin perlahan, syukur sudah bisa menikmati. Namun ingat juga ada kenikmatan yang tak terhingga ketika diri ini mampu memahami. 

    Seperti Abu Bakr yang menangis ketika mendengar wahyu tentang kemenangan yang dijanjikan sebentar lagi akan tiba. Para shahabat bahagia, namun keimanan shahabat yang lebih utama yakni Abu Bakr mampu merasakan lebih dalam, keimanan beliau menjadi bekal pemahaman, kemudian pahamlah beliau bahwa ajal Rasulullah kian dekat.

    Bersemangatlah, yakin bahwa menghafal adalah langkah awal menapaki wasilah mengenal-Nya.
    Ibnu Mas’ud adalah shahabat yang ketika membaca Alquran, beliau tahu ayat tersebut bercerita tentang apa, turun dimana, bagaimana turunnya. Apa yang dibaca mampu menambah keimanan. Mari luruskan niatnya?

    Oiya Ustadz bilang kalau mau bacaannya merdu mah gurah aja cenah.
    “...”
    Oke...

    Kepadamu yang tengah mengusahakan ini semua maka tekunlah dan bersabarlah ya, katanya rasakan nikmat prosesnya. Juga, jangan berhenti. Semoga kelak bisa menjadi cahaya dan menyampaikan kebaikan lebih luas lagi bagi sekitar. Bukan yang merasa paham lalu berceloteh tak berarah, na’udzubillaahi min dzaalik.
    ___________________________________

    Yak sepertinya segitu, aslinya lebih padat lagi hanya saja catatan saya di kertas dan bukan di buku, terbatas sekali. Belum alih bahasa dari poin-poin inti yang dicatat. Semoga bisa diambil kebaikannya ya, terutama buat Fathya di waktu mendatang ketika kembali membaca ini.

    Untuk catatan di bawah ini, di kertas juga karena tidak bawa bukunya, ga lagi-lagi deh yaaAllaah 😭




    Continue Reading

    bismillaahirrahmaanirrahiim.


    Matahari itu rising-nya cepat sekali. Serius. Sejenak saja ia sudah menyembul sempurna di puncak bukit yang kami lihat. Aku pernah melihat yang serupa dan tahu bahwa memang secepat itu sih. Hanya saja baru kembali teringat fenomena ini tadi. Semburat yang mulanya malu ternyata seberani itu untuk tampil memesona.

    Cepat sekali. Sekejap sudah tinggi saja ia. Lama-lama dingin tergantikan terik, apalagi ketika flysheet tendanya dilepas dalam rangka membuat pencahayaan foto lebih baique.

    Sekejap. Tahu-tahu sudah siang.
    Cepat sekali, tanpa disadari tahu-tahu diri ini terseret banyak hal yang tak dinyana ternyata hebring sekali. “Alah siah, naha janten kieu? :(“

    Yak inilah diri ini yang lupaan dan cerobohannya sedang kambuh sekian puluh jam terakhir. Tak tahu apa pemicunya. Berlalu bergitu cepat seperti sunrise yang terlihat dari satu titik di Gunung Putri. Belum lagi kondisi di sekitar membuat lupa waktu. Fajarnya tampak terang, cahaya ufuknya bisa terlihat. Matahari bersinar berani serasa sudah siang padahal masih pagi. Ada bias waktu dan rasa. Membuat diri ini membuat asumsi sendiri untuk mendefinisikan sedang apa dan bagaimana detik ini berlangsung. Padahal lebih tepat jika disebut detik ini berlari, namun samar kabut membuatnya terlambat tersadar. Matahari tengah bersiap mengejutkan dalam sekejap.

    Ini terlalu cepat huhu rasanya aku tidak bisa mengimbanginya.

    Menarik diri bersantai barang sekejap tahu-tahu menyadari bahwa diri ini tengah ada dalam miskomunikasi. Lupa saja terus. Kemudian mengiyakan hendak membantu. Padahal sebelumnya telah deal dengan sesuatu. Ketika dalam sekejap ingatan timbul utuh, terimakasih kepadamu yang telah bersiap untuk menerima assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    ya dari aku. Mengirim chat tanya random seperti biasanya hanya saja dengan tambahan indikasi ada seusatu tak beres terjadi. Atau mengirim voice note sebagai pengganti bubble chat yang akan terlalu panjang. Kemudian dibalas jawabmu dan tanyamu balik. Atau dibalas “sebentar, ngakak dulu”. Atau juga dibalas “ayo ketemu aku hari ini, kamu butuh katarsis”.

    Sungguh, aku harus lebih banyak bersyukur atas kehadiran manusia-manusia ini.

    Kemudian yah inilah aku yang tengah kambuh. Riweuh sekali perkara lupa dan ceroboh ini. Lupa akan apa yang sudah disetujui. Lupa pemeringkatan urusan utama diri. Ceroboh karena bisa-bisanya lupa akan hal tersebut lalu impulsif abis menyauti permintaan dari yang punya minta.


    Ini belum pula bahas ceroboh perjalanan malam >33 km. Alhamdulillaahnya bonceng Dewi, kalau tidak mungkin aku sudah menangis di tepian hehe.


    Eh sungguh, bagaimana caranya selalu menyadari bahwa sekejapnya bisa mengubah hari, memainkan temperatur, memberi sorot cahaya, membangunkan manusia pada rutinitas yang semoga dilakukan dalam rangka pencarian keberkahan?

    Hadeh. Semoga kamu selalu bersabar menghadapiku ya.


    Bandung Timur, 16:52 WIB 10/10/2019
    biasanya gaya tulisan kaya begini ditaronya di tumblr tapi gapapadeh.

    Continue Reading
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    fathya
    << biology-art >>

    bit.ly/shaffabutuhdiingatkan

    Read More

    Follow

    • G+
    • tumblr
    • facebook
    • twitter
    • pinterest
    • instagram

    Labels

    #olimpiadetaqwa abiotik alampikir bandung biotik Indonesia kawan keluarga lingkaran masyarakat pakulahan serpong subang tugas tki

    recent posts

    Blog Archive

    • Mei 2020 (1)
    • Oktober 2019 (2)
    • September 2019 (1)
    • Mei 2019 (2)
    • Maret 2019 (3)
    • Februari 2019 (1)
    • Januari 2019 (5)
    • Desember 2018 (1)
    • November 2018 (1)
    • Oktober 2018 (1)
    • September 2018 (2)
    • Agustus 2018 (2)
    • Juni 2018 (8)
    • Mei 2018 (7)
    • April 2018 (3)
    • Januari 2018 (9)
    • September 2017 (3)
    • Agustus 2017 (2)
    • Juni 2017 (1)
    • Februari 2017 (1)
    • April 2016 (3)
    • Maret 2016 (1)
    • November 2014 (2)
    • Oktober 2014 (7)
    • Juli 2014 (2)
    • Juni 2014 (2)

    Cari Blog Ini

    facebook Twitter instagram google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top